BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Indonesia memperoleh kemerdekaan
dalam waktu yang lama. Banyak para pahlawan yang gugur demi mempertahankan bumi
pertiwi tercinta. Mereka mengorbankan seluruh jiwa dan raga untuk mengejar
sebuah kata merdeka. Sebelum tahun 1908, telah banyak bangsa lain yang ingin
menjajah dan menguasai Indonesia. Mereka banyak memeras, menindas, dan merampas
hak-hak rakyat Nusantara. Banyak perlawanan dari pahlawan-pahlawan kita yang
masih bersifat kedaerahan. Muncul banyak tokoh-tokoh yang memegang andil besar
dalam perlawanan terhadap penjajahan yang bangsa lain lakukan.
Kebangkitan Nasional adalah masa
dimana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta
kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang sebelumnya tidak
pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Dalam masa ini muncul sekelompok masyarakat indonesia yang
menginginkan adanya perubahan dari masyarakat indonesia yang selama ini dijajah
dan ditindas oleh bangsa lain seperti belanda,jepang,dll. Kebangkitan nasional
Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo. Sedangkan
kebangkitan pemuda Indonesia ditandai dengan adanya peristiwa Sumpah Pemuda.
Kedua peristiwa itu merupakan bagian dari peristiwa yang menjadi tonggak
sejarah kemerdekaan negara indonesia.
Globalisasi merupakan tantangan
besar bagi setiap negara. Keadaan ini di tinjau oleh bangsa Indonesia yang
mengikuti arus globalisasi. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini
kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Hal
ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya rakyat Indonesia yang bergaya hidup
kebarat-baratan seperti mabuk-mabukan, clubbing, memakai pakaian ketat, bahkan
berciuman di tempat umum seperti sudah lumrah di Indonesia.
Kebudayaan orang-orang barat
tersebut sifatnya negatif dan cenderung merusak dan telah menjadi suatu
kebiasaan yang membudaya. Sehingga melanggar norma-norma yang berlaku dan
mempengaruhi kebudayaan bangsa Indonesia yang ketimuran. Tetapi tidak semua kebudayaan
asing yang masuk ke Indonesia bersifat negatif, karena ada juga sisi positif
dari masuknya budaya asing tersebut.
Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia - Bangsa Indonesia adalah sekelompok masyarakat Indonesia yang
bersatu atau dipersatukan karena adanya persamaan sejarah dan nasib di masa
lampau, serta memiliki cita-cita maupun tujuan yang sama untuk kehidupan di
masa yang akan datang.
Dan kini, tugas kita sebagai
penerus bangsa adalah mempertahankan kemerdekaan ini. Jadi untuk mengingatkan
kembali perjuangan para pahlawan kita terdahulu pada masa sebelum dan sesudah
Kebangkitan Nasional (1908), maka disusunlah makalah ini dengan judul
“Perjuangan Bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan sebelum dan sesudah
Kebangkitan Nasional 1908”.
1.1 Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana Perjuangan
Bangsa Indonesia Sebelum Kemerdekaan?
2.
Bagaimana Perjuangan
Bangsa Indonesia Setelah Kemerdekaan?
3.
Bagaimana Perjuangan
Bangsa Indonesia dalam Mempertahankan Kemerdekaan?
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
Mengetahui Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Kemerdekaan
2.
Untuk
Mengetahui Perjuangan Bangsa Indonesia Setelah Kemerdekaan
3.
Untuk
Mengetahui Perjuangan Bangsa Indonesia dalam
Mempertahankan Kemerdekaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia Sebelum Kemerdekaan
2.1.1
Masa Bangsa Portugis
Sebelum negara ini merdeka,
Indonesia harus mencicipi kejambya penjajahan oleh beberapa negara asing.
Diawali dari Portugis yang pertama kali datang ke Malaka pada 1509, dipimpin
oleh Alfonso de Albuquerque Portugis dapat menguasai Malaka pada 10 Agustus 1511.
Setelah mendapatkan Malaka, portugis mulai bergerak dari Madura sampai ke
Ternate. Sejatinya Bangsa Indonesia meluncurkan berbagai perlawanan kepada
Portugis. Salah satu perlawan yang terkenal ialah perlawan Fatahillah yang
berasal dari Demak di Sunda Kelapa (Jakarta). kala itu Fatahillah dapat menyapu
bangsa Portugis dan merebut kembali Sunda Kelapa. Kemudian oleh Fatahillah nama
Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta.
2.1.2
Masa Bangsa Spanyol
Keberhasilan Portugis mendorong
bangsa Eropa yang lain untuk ikut mencari untung. Kalau Portugis lebih
memusatkan perhatian di Ternate, Spanyol lebih tertarik bersekutu dengan
Tidore. Terjadilah persaingan antara Portugis dan Spanyol di kawasan Maluku.
Spanyol kemudian membangun benteng di Tidore. Pembangunan benteng ini semakin
memperuncing persaingan persekutuan Portugis dan Ternate dengan Spanyol dan
Tidore. Akhirnya pada tahun 1527 terjadilah pertempuran antara Ternate dengan
bantuan Portugis melawan Tidore yang dibantu oleh Spanyol. Benteng yang
dibangun Spanyol di Tidore dapat direbut oleh persekutuan Ternate dan Portugis.
Portugis dan Spanyol menyadari kerugian yang ditimbulkan akibat persaingan itu.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 1534 keduanya menyepakati
diadakanlah Perjanjian Saragosa. Isi perjanjian itu antara lain:
1.
Maluku menjadi daerah pengaruh dan kegiatan Portugis
2.
Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan diri di Filipina
Perjanjian ini semakin
mengokohkan kedudukan Portugis di Maluku. Dalam melaksanakan monopoli
perdagangan, Portugis juga memiliki ambisi untuk menanamkan kekuasaan di
Maluku. Itulah sebabnya, rakyat dan raja Ternate kemudian menentang Portugis.
2.1.3
Masa Pemerintahan penjajah Belanda
Masuknya belanda ke indonesia
juga sebagai akhir dari masa penjajahan bangsa Portugis (Penjajahan Portugis
Berakhir pada 1602). Cornelius de Houtman memimpin Belanda masuk ke Indonesia
melalui Banten. Pada tahun 1602 Belanda mendirikan Verenigde Oostindische
Compagnie (VOC) di Banten karena ingin menguasai pasar rempah-rempah di
Indonesia. kemudian lantaran pasar di Banten mendapat saingan dari pedagang
inggris dan tionghoa maka kantor VOC pindah ke Sulawesi Selatan. Di Sulawesi
Selatan, VOC mendapat perlawanan dari Sultan Hasanuddin. Setelah
berpindah-pindah tempat, akhirnya sampailah VOC di Yogyakarta. Di Yogyakarta,
VOC menyepakati perjanjian Giyanti yang isinya ialah Belanda mengakui
mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwono 1. Perjanjian Giyanti juga membagi
kerajaan Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunan Surakarta. kemudian
pada tanggal 1 Januari 1800 VOC dibubarkan setelah Perancis mengalahkan
Belanda.
Penjajahan Belanda tidak berhenti
Semenjak VOC dibubarkan. Belanda kemudian memilih Daendels sebagai gubernur
jenderal hindia belanda. Saat masa Deandels, rakyat Indonesia dipaksa untuk
membuat jalan raya dari Anyer hingga Panarukan. Namun masa pemerintahan
Daendels berlangsung singkat yang kemudian diganti Johannes van den Bosch.
Johannes Van den Bosch menerapkan cultuur stelsel (sistem tanam paksa). Dalam
sistem tanam paksa, tiap desa wajib menyisihkan sebagian tanahnya untuk
ditanami komoditi ekspor seperti tebu, kopi, nila dll. Hasil tanam paksa ini
harus dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang telah ditetapkan.
2.1.4
Masa Pemerintahan penjajah Jepang
Setelah 3,5 abad Belanda menjajah
Indonesia, kemudian Jepang menggantikan Penjajahan Belanda di Indonesia. kala
itu melalui perjanjian Kalijati pada tanggal 8 maret 1942 Belanda menyerah
tanpa syarat kepada jepang. Masa pendudukan Jepang dimulai pada tahun 1942 dan
berakhir pada 17 agustus 1945. Saat melakuakn penjajahan di NKRI Jepang
membentuk beberapa organisasi. Organisasi yang dibentuk Jepang antara lain
ialah Putera, Heiho (pasukan Indonesia buatan Jepang), PETA (Pembela Tanah
Air), Jawa Hokokai (pengganti Putera). Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang
disambut dengan ramah oleh bangsa Indonesia. Namun dalam kenyataannya, Jepang
tidak jauh berbeda dengan Belanda.
2.1.5
Pembentukan BPUPKI
1 Maret 1945 Jepang meyakinkan
Indonesia tentang kemerdekaan dengan membentuk Dokuritsu Junbi Tyosakai atau
BPUPKI (Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). kemudian pada
28 April 1945, Jenderal Kumakichi Harada, Komandan Pasukan Jepang Jawa melantik
anggota BPUPKI di Gedung Cuo Sangi In, di Pejambon Jakarta (sekarang Gedung
Kemlu). saat itu Ketua BPUPKI yang ditunjuk Jepang adalah dr. Rajiman
Wedyodiningrat dengan wakilnya Icibangase (Jepang) serta Sekretaris R.P.
Soeroso. Jml anggota BPUPKI saat itu adalah 63 orang yang mewakili hampir
seluruh wilayah di Indonesia.
2.1.6
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI
dibubarkan Jepang dan untuk menindaklanjuti BPUPKI, Jepang membentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI
beranggotakan 21 orang yang mewakili seluruh lapisan masyarakat Indonesia
dipimpin oleh Ir. Sukarno, dengan wakilnya Drs. Moh. Hatta serta penasihatnya
Ahmad Subarjo. Kemudian tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah karena kalah
setelah bom atom dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki. Kala itu Kondisi di
Indonesia tidak menentu namun membuka peluang baik karena Jepang menyatakan
kalah perang namun Sekutu tidak ada. Inilah waktu yang tepat sebagai klimaks
tonggak-tonggak perjuangan berabad-abad untuk memnjadi bangsa yang berdaulat.
kemudian 3 hari setelah Jepang tak berdaya, yaitu tanggal 17 Agustus 1945,
pukul 10.00 dinyatakan proklamasi kemerdekaan Indonesia keseluruh dunia.
Proklamasi kemerdekaan Negara
Republik Indonesia merupakan jembatan emas, sehingga mempunyai makna yang
sangat penting bagi bangsa dan negara Indonesia. Menurut Surjumiharjo (1989),
gerakan ini merupakan peristiwa yang serempak di berbagai belahan bumi,
khususnya di Asia dan Afrika.
2.2
Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia Setelah Kemerdekaan
2.2.1
Konflik Indonesia dan Belanda
Atas nama bangsa Indonesia
Proklamasi Kemerdekaan telah dikumandangkan oleh Bung Karno didampingi oleh
Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Satu langkah maju sudah ada pada
genggaman bangsa Indonesia melalui Proklamasi kemerdekaan tersebut. Sebagai
negara yang baru memproklamasikan kemerdekaan, Indonesia mendapat simpati dari
bangsa-bangsa di dunia. Hal ini tampak dari adanya pengakuan negara lain
terhadap Proklamasi 17 Agustus 1945. Sebagai sebuah negara merdeka, maka pada
tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan Undang-Undang Dasar (UUD 1945) dan pemilihan
Presiden yaitu Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Wakil Presiden.
Semula rakyat Indonesia menyambut
dengan senang hati kedatangan Sekutu, karena mereka mengumandangkan perdamaian.
Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Netherlands Indies Civil Administration
(NICA) di bawah pimpinan Van der Plass dan Van Mook ikut di dalamnya, sikap
rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan. NICA adalah organisasi yang
didirkanorang-orang Belanda yang melarikan diri ke Australiasetelah Belanda
menyerah pada Jepang. Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di
Australia.
Keadaan bertambah buruk karena
NICA mempersenjatai kembali KNIL setelah dilepas Oleh Sekutu dari tawanan
Jepang. Adanya keinginan Belanda berkuasa di Indonesia menimbulkan
pertentangan, bahkan diman-mana terjadi pertempuran melawan NICA dan Sekutu.
Tugas yang diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh Allied Forces
Netherlands East Indies (AFNEI) ternyata memiliki agenda yang terselubung.
Kedatangan pasukan Sekutu justru diboncengi oleh NICA yang tidak lain adalah
orang-orang Belanda yang ketika Jepang dating melarikan diri ke Australia dan
membentuk kekuatan di sana. Mereka memiliki keinginan untuk menghidupkan
kembali Hindia Belanda. Dengan demikian sikap Indonesia yang semula menerima
kedatangan Sekutu menjadi penuh kecurigaan dan kemudian berkembang menjadi
permusuhan.
2.2.2
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
Pertempuran Surabaya ialah
peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Britania Raya dengan tentara
Indonesia. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota
Surabaya. Pertempuran ini merupakan perang pertama pasukan Indonesia dengan
pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan salah satu
pertempuran terberat dan terbesar dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia
yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia kepada kolonialisme.
Pertempuran dasyat ini memakan
waktu hampir satu bulan lamanya, sebelum seluruh kota jatuh di tangan pihak
Inggris. Peristiwa berdarah ini benar benar membuat inggris merasa berperang
dipasifik, medan perang Surabaya mendapat julukan “neraka” bagi mereka karena
kerugian yg disebabkan tidaklah sedikit, sekitar 1600 orang prajurit pengalaman
mereka tewas di surabaya serta puluhan alat perang rusak dan hancur diterjang
badai semangat arek arek Surabaya. Kejadian luar biasa heroik yg terjadi di
kota Surabaya telah menggetarkan Bangsa Indonesia, semangat juang, pantang
menyerah dan bertarung sampai titik darah penghabisan demi tegaknya kedaulatan
dan kehormatan bangsa telah mereka tunjukan dengan penuh kegigihan. Banyaknya
pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itu serta semangat
membara yang membuat Inggris serasa terpanggang di neraka telah membuat kota
Surabaya kemudian dikenang sebagai Kota Pahlawan dan tanggal 10 nopember
diperingati setiap tahunnya sebagai hari Pahlawan.
2.2.3
Pertempuran Ambarawa
Palagan Ambarawa adalah sebuah
peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu yang terjadi di Ambarawa, sebelah
selatan Semarang, Jawa Tengah. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh mendaratnya
pasukan Sekutu dari Divisi India ke-23 di Semarang pada tanggal 20 oktober
1945. Pemerintah Indonesia memperkenankan mereka untuk mengurus tawanan perang
yang berada di penjara Ambarawa dan Magelang.
Kedatangan pasukan Sekutu
(Inggris) diikuti oleh pasukan NICA. Mereka mempersenjatai para bekas tawanan
perang Eropa, sehingga pada tanggal 26 Oktober 1945 terjadi insiden di Magelang
yang kemudian terjadi pertempuran antara pasukan TKR dengan pasukan Sekutu.
Insiden berakhir setelah Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell datang
ke Magelang pada tanggal 2 November 1945. Mereka mengadakan perundingan
gencatan senjata dan memperoleh kata sepakat yang dituangkan da1am 12 pasal.
Naskah persetujuan itu berisi antara lain:
i.
Pihak sekutu tetap akan menempatkan pasukannya di Magelang untuk melindungi
dan mengurus evakuasi APWI (Allied Prisoners War And Interneers atau tawanan
perang dan interniran sekutu). Jumlah pasukan sekutu dibatasi sesuai dengan
keperluan itu.
ii.
Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas
Indonesia dan Sekutu.
iii.
Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di
bawahnya.
2.2.4
Medan Area
Mr. Teuku M. Hassan yang telah
diangkat menjadi gubernur mulai membenahi daerahnya. Tugas pertama yang
dilakukan Gubernur Sumatera ini adalah menegakkan kedaulatan dan membentuk
Komite Nasional Indonesia untuk wilayah Sumatera. Oleh karena itu, mulai dilakukan
pembersihan terhadap tentara Jepang dengan melucuti senjata dan menduduki
gedung-gedung pemerintah. Pada tanggal 9 Oktober 1945, di Medan mendarat
pasukan Serikat yang diboncengi oleh NICA. Para Pemuda Indonesia dan Barisan
Pemuda segera membentuk TKR di Medan. Pertempuran pertama pecah tanggal 13
Oktober 1945 ketika lencana merah putih diinjak-injak oleh tamu di sebuah
hotel. Para pemuda kemudian menyerbu hotel tersebut sehingga mengakibatkan 96
korban luka-luka. Para korban ternyata sebagian orang-orang NICA. Bentrokan
antar Serikat dan rakyat menjalar ke seluruh kota Medan. Peristiwa kepahlawanan
ini kemudian dikenal sebagai pertempuran “Medan Area”.
2.2.5
Bandung Lautan Api
Istilah Bandung Lautan Api
menunjukkan terbakarnya kota Bandung sebelah selatan akibat politik bumi hangus
yang diterapkan TKR. Peristiwa itu terjadi tanggal 23 Maret 1946 setelah ada
ultimatum perintah pengosongan Bandung oleh Sekutu. Seperti di kota-kota
lainnya, di Bandung juga terjadi pelucutan senjata terhadap Jepang. Di pihak lain,
tentara Serikat menghendaki agar persenjataan yang telah dikuasai rakyat
Indonesia diserahkan kepada mereka. Para pejuang akhirnya meninggalkan Bandung,
tetapi terlebih dahulu membumihanguskan kota Bandung. Peristiwa tragis ini
kemudian dikenal sebagai peristiwa Bandung Lautan Api.
2.2.6
Tragedi Nasional (Masa Orde Lama)
Tragedi nasional adalah suatu
rangkaian peristiwa yang menimpa bangsa Indonesia. Tragedi ini tentu membawa
akibat yang sangat merugikan dan menyengsarakan rakyat Indonesia.
Peristiwa-demi peristiwa terjadi pada bangsa Indonesia sekaligus merupakan
ancaman, tantangan dan hambatan. Peristiwa-peristiwa tersebut sangat mengganggu
upaya menata kembali bangsa Indonesia setelah mencapai kemerdekaan.
2.2.7
Pemberontakan PKI Madiun 1948
Peristiwa Madiun tidak dapat
dipisahkan dari pembentukn Fron Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni
1948. FDR adalah kumpulan beberapa partai seperti partai Sosialis, Pesindo,
partaiBuruh, PKI dan Sobsi. Peristiwa Madiun itu diawali dari kota Solo yang
dilakukan oleh para pengikut Muso dan Amir SyarifuddinPada tahun 1948 Muso
kembali dari Rusia. Sekembalinya itu Musobergabung dengan Partai Komunis
Indonesia. Ajaranyang diberikan pada para anggota PKI adalah mengadu domba
kesatuan nasional denganmenyebarkan teror. . Pada tanggal 18 September 1948 di
Madiun tokoh-tokoh PKI memproklamirkan berdirinya Republik Soviet Indonesia.
Orang-orang yang dianggap musuh politiknya dibunuh oleh PKI. Dengan terjadinya
peristiwa Madiun tersebut, pemerintah dengan segera mengambil tindakan tegas.
Pemberontakan Madiun itu dapat diatasi setelah pemerintah mengangkat Gubernur
Militer Kolonel Subroto yang wilayahnya meliputi Semarang, Pati dan Madiun.
Walaupun dalam menghancurkan kekuatan PKI dalam peristiwa Madiun menelan banyak
korban, namun tindakan itu demi mempertahankan Kemerdekaan yang kita miliki.
Ketika Belanda melakukan agresi terhadap Republik Indonesia, PKI justru menikam
dari belakang dengan melaukan pemberontakan yang sekaligus dapat merepotkan
pemerintah Republik.
2.2.8
Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan)
Usai pendudukan oleh Kekaisaran
Jepang pada 1945, para pemimpin khususnya yang berdomisili di Pulau Jawa
menyatakan kemerdekaan Indonesia. namun Tidak semua suku dan wilayah di
Indonesia langsung menerima dan bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia). Kala itu banyak terjadi pemberontakan dan Pemberontakan pribumi
pertama yang terorganisasi muncul di Maluku Selatan dengan bantuan Belanda,
pemberontakan tersebut biasa disebut Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan).
2.2.9
Gerakan 30 September 1965 (G.30 S / PKI)
Gerakan 30 September (dahulu juga
disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI), Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh),
Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat
malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di saat tujuh perwira
tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu
usaha percobaan kudeta. Gerakan G 30 S PKI sendiri terjadi pada tanggal
30-September-1965 tepatnya saat malam hari. Insiden G 30 S PKI sendiri masih
menjadi perdebatan kalangan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif
yang melatar belakanginya. Akan tetapi kelompok reliji terbesar saat itu dan
otoritas militer menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan ulah PKI
yang bertujuan untuk mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis.
Sedangkan Menurut versi Orde Baru
gerakan ini dilakukan oleh sekelompok pasukan yang diketahui sebagai pasukan
Cakrabirawa, yaitu pasukan pengawal presiden yang melakukan aksi pembunuhan dan
penculikan kepada Enam (6) jenderal senior TNI AD (Angkatan Darat).
2.3
Bentuk
Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Mempertahankan Kemerdekaan
2.3.1
Perjuangan
Diplomasi (Perundingan)
1.
Perjanjian
Linggarjati
Perjanjian
Linggarjati dilakukan pada tanggal 10-15 November 1946 di Linggarjati, dekat
Cirebon. Dalam Perjanjian ini, Indonesia diwakili oleh
Perdana Menteri Sutan Syahrir dan tiga anngota lainnya
yaitu, Mohammad Roem, Susanto Tirtoprodjo, dan AK GANI , sedangkan Belanda
diwakili oleh Prof. Scermerhorn yang beranggotakan Max Van Poll, Fde Boer, dan
H.J.Van Mook. Perjanjian tersebut dipimpin oleh Lord Killearn, seorang diplomat
Inggris. Pada tanggal 7 Oktober 1946 Lord Killearn berhasil mempertemukan
wakil-wakil pemerintah Indonesia dan Belanda ke meja perundingan yang
berlangsung di rumah kediaman Konsul Jenderal Inggris di Jakarta. Dalam
perundingan ini masalah gencatan senjata yang tidak mencapai kesepakatan
akhirnya dibahas lebih lanjut oleh panitia yang dipimpin oleh Lord Killearn.
Hasil kesepakatan di bidang militer sebagai berikut:
1.
Gencatan senjata diadakan atas dasar kedudukan militer pada waktu itu dan
atas dasar kekuatan militer Sekutu serta Indonesia.
2.
Dibentuk sebuah Komisi bersama Gencatan Senjata untuk masalah-masalah
teknis pelaksanaan gencatan senjata.
Sedangkan, Hasil Perundingan Linggajati ditandatangani pada
tanggal 25 Maret 1947 di Istana Rijswijk (sekarang Istana Merdeka) Jakarta,
yang isinya adalah sebagai berikut:
a.
Belanda
mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan
yang meliputi Sumatra, Jawa dan Madura.
c.
Republik
Indonesia dan Belanda akan
bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat dengan nama Republik Indonesia Serikatyang
salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia.
d.
Republik
Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda
dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
i.
Agresi
Militer 1
Perjanjian
Linggarjati yang telah disepakati tanggal 25 Maret 1947 hanya berlangsung
sekitar 4 bulan. Karena Belanda melanggarnya dan mulai melancarkan serangan
serentak di beberapa daerah di Indonesia dengan nama “ Operatie
Product”. Terjadi perbedaan penafsiran pada 21 Juli 1947, Belanda
melakukan serangan militer yang disebut sebagai Agresi Militer Belanda
I. TNI melawan serangan agresi Belanda tersebut menggunakan taktik
gerilya. TNI berhasil membatasi gerakan Belanda hanya di kota-kota besar saja
dan di jalan raya.
Untuk menyelesaikan masalah Indonesia-Belanda, pihak PBB membentuk Komisi
yang dikenal dengan nama Komisi Tiga Negara (KTN). Tugas KTN adalah
menghentikan sengketa RI-Belanda. Indonesia diwakili oleh Australia,
Belanda diwakili oleh Belgia, dan Amerika Serikat sebagai penengah. Adapun
delegasinya adalah sebagai berikut:
1.
Australia (tunjukkan Indonesia), diwakili oleh Richard Kirby.
2.
Belgia (tunjukkan Belanda), diwakili oleh Paul Van Zeland.
3.
Amerika Serikat (netral), diwakili oleh Dr. Frank Graham.
ii.
Perjanjian
Renville
Atas usul
KTN maka pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan Perjanjian antara Indonesia
dan Belanda di atas kapal Renville milik AS yang sedang berlabuh di Jakarta.
a.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin.
b.
Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo.
c.
Delegasi Australia dipimpin oleh Richard C. Kirby.
d.
Delegasi Belgia dipimpin oleh Paul van Zeeland.
e.
Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.
Setelah melalui perdebatan dan permusyawaratan
dari tanggal 8 Desember 1947 sampai 17 Juni 1948 maka diperoleh persetujuan
Renville. Isi perjanjian Renville, antara lain sebagai berikut.
a.
Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai dengan
terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).
b.
Sebelum RIS dibentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya
kepada pemerintah federal.
c.
RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan Negara Belanda dalam Uni
Indonesia-Belanda.
d.
Republik Indonesia merupakan bagian dari RIS.
Kerugian-kerugian yang diderita Indonesia dari
perjanjian Renville adalah :
1.
Indonesia
terpaksa menyetujui dibentuknya Negara Indonesia serikat melalui masa
peralihan.
2.
Indonesia kehilangan sebagian daerahnya karena garis Van Mook terpaksa
harus diakui sebagai daerah kekuasaan Belanda.
3.
Pihak republik harus menarik seluruh pasukannya yang ada di daerah
kekuasaan Belanda dan dari kantong-kantong gerilya masuk daerah RI.
4.
Wilayah RI menjadi semakin sempit dan dikurung oleh daerah-daerah kekuasaan
Belanda.
5.
Terjadi
Hijrah TNI ke pusat pemerintahan di Yogyakarta.
6.
Terjadinya
pemberontakan DI/TII.
7.
Terjadinya
pemberontakan PKI di Madiun 1948.
8.
Jatuhnya
kabinet Amir Syarifudin diganti dengan Moh.Hatta.
iii.
Agresi
Militer II
Pada 18 Desember 1948, Belanda di
bawah pimpinan Dr. Bell mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi oleh
Persetujuan Renville. Pada 19 Desember 1948 Belanda mengadakan Agresi Militer
II ke ibu kota Yogyakarta. Dalam agresi itu Belanda dapat menguasai
Yogyakarta.
Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditawan dan diasingkan
ke Pulau Bangka. Beliau lalu mengirimkan mandat lewat radio kepada Mr.
Syaffruddin Prawiranegara. Isinya agar membentuk Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI), di Bukit Tinggi Sumatra Barat. Pada 1 Maret 1949 Brigadir X mengadakan serangan umum
ke Yogyakarta. Penyerangan ini dipimpin Letkol. Soeharto. Serangan
ini memakai sandi "Janur Kuning". Serangan ini dikenal juga dengan
"Serangan Umum 1 Maret". Dalam penyerangan ini Tentara Republik
Indonesia dalam serangan ini berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama 6 jam.
iv.
Serangam
Umum 1 Maret di Yogyakarta
Ketika
Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua pada bulan Desember 1948 ibu
kota RI Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Moh. Hatta beserta sejumlah menteri ditawan oleh Belanda. Belanda
menyatakan bahwa RI telah runtuh. Namun di luar perhitungan Belanda pada saat
yang krisis ini terbentuklah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di
Buktitinggi, Sumatera Barat. Di samping itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX
sebagai Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta tetap mendukung RI sehingga
masyarakat Yogyakarta juga memberikan dukungan kepada RI. Pimpinan TNI di bawah
Jenderal Sudirman yang sebelumnya telah menginstruksikan kepada semua komandan
TNI melalui surat Perintah Siasat No.1 bulan November 1948 isinya antara lain:
a.
Memberikan
kebebasan kepada setiap komandan untuk melakukan serangan terhadap posisi
militer Belanda.
b.
Memerintahkan kepada setiap komandan untuk membentuk kantong-kantong
pertahanan (wehrkreise.)
c.
Memerintahkan agar semua kesatuan TNI yang berasal dari daerah pendudukan
untuk segera meninggalkan Yogyakarta untuk kembali ke daerahnya masing-masing
(seperti Devisi Siliwangi harus kembali ke Jawa Barat), jika Belanda menyerang
Yogyakarta.
Untuk pertahanan daerah
Yogyakarta dan sekitarnya diserahkan sepenuhnya kepada pasukan TNI setempat
yakni Brigadir X di bawah Letkol Soeharto. Dengan
adanya agresi Militer Belanda maka dalam beberapa minggu kesatuan TNI dan
kekuatan bersenjata lainnya terpencar-pencar dan tidak terkoordinasi. Namun
para pejuang mampu melakukan komunikasi melalui jaringan radio, telegram maupun
para kurir. Bersamaan dengan upaya konsolidasi di bawah PDRI, TNI melakukan
serangan secara besar-besaran terhadap posisi Belanda di Yogyakarta. Serangan
ini dilakukan pada tanggal 1 Maret 1949 dipimpin oleh Letkol Soeharto. Sebelum
serangan dilakukan, terlebih dahulu meminta persetujuan kepada Sri Sultan
Hamengkubuwono IX sebagai Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Serangan
Umum ini dilakukan dengan mengkonsentrasikan pasukan dari sektor Barat (Mayor
Ventje Samual), Selatan dan Timur (Mayor Sarjono) dan Sektor Kota (Letnan Amir
Murtono dan Letnan Masduki). Serangan umum ini membawa hasil yang memuaskan
sebab para pejuang dapat menguasai kota Yogyakarta selama 6 jam yakni jam 06.00
sampai jam 12.00. Berita Serangan Umum ini disiarkan RRI yang sedang bergerilya
di daerah Gunung Kidul, yang dapat ditangkap RRI di Sumatera, selanjutnya dari
Sumatera berita itu disiarkan ke Yangoon dan India. Keesokan harinya peristiwa
itu juga dilaporkan oleh R. Sumardi ke PDRI di Buktitinggi melalui radiogram
dan juga disampaikan pula kepada Maramis. (diplomat RI di New Delhi, India) dan
L.N. Palar (Diplomat RI di New York, Amerika Serikat).
v.
Perjanjian
Roem-Royen
Perjanjian
ini merupakan perjanjian pendahuluan sebelum KMB. Salah satu kesepakatan yang
dicapai adalah Indonesia bersedia menghadiri KMB yang akan dilaksanakan di Den
Haag negeri Belanda. Untuk menghadapi KMB dilaksanakan konferensi inter
Indonesia yang bertujuan untuk mengadakan pembicaraan antara badan
permusyawaratan federal(BFO/Bijenkomst Voor Federal Overleg) dengan
RI agar tercapai kesepakatan mendasar dalam menghadapi KMB. Komisi PBB yang
menangani Indonesia digantikan UNCI. UNCI berhasil membawa Indonesia-Belanda ke
meja Perjanjian pada tanggal 7 Mei 1949 yang dikenal dengan persetujuan Belanda
dari Indonesia :
a.
Menyetujui
kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta.
b.
Menghentikan
gerakan militer dan membebaskan para tahanan republik.
c.
Menyetujui
kedaulatan RI sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.
d.
Menyelenggarakan
KMB segera sesudah pemerintahan RI kembali ke Yogyakarta.
Persetujuan Indonesia dari Belanda :
a.
Mengeluarkan
perintah untuk menghentikan perang gerilya.
b.
Bekerja
sama dalam mengembalikan perdamaian,mejaga ketertiban dan keamanan.
c.
Ikut
serta dalam KMB di Den Haag.
Peristiwa-peristiwa penting realisasi Roem-Royen
Statement:
a.
Penarikan
tentara Belanda secara bertahap dari Yogyakarta dari 24 Juni sampai 29 Juni
1949.
b.
Pemerintah
RI kembali ke Yogyakarta tanggal 1 Juli 1949.
c.
Presiden,wakil
presiden dan para pejabat tinggi Negara kembali ke Yogyakarta tanggal 6 Juli
1949.
d.
Jendral
Sudirman kembali ke Yogyakarta tanggal 10 Juli 1949.
vi.
Konferensi
Meja Bundar
Konferensi
Meja Bundar (KMB) merupakan tindak lanjut dari Perundingan Roem-Royen. Sebelum
KMB dilaksanakan, RI mengadakan pertemuan dengan BFO (Badan Permusyawaratan
Federal). Pertemuan ini dikenal dengan dengan Konferensi Inter-Indonesia (KII)
Tujuannya untuk menyamakan langkah dan sikap sesama bangsa Indonesia dalam
menghadapi KMB. Konferensi Inter-Indonesia diadakan pada tanggal
19 - 22 Juli 1949 di Yogyakarta dan tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949 di
Jakarta. Pembicaraan difokuskan pada pembentukan Republik Indonesia Serikat
(RIS). Keputusan yang cukup penting adalah akan dilakukan pengakuan kedaulatan
tanpa ikatan politik dan ekonomi.
KMB
merupakan langkah nyata dalam diplomasi untuk mencari penyelesaian sengketa
Indonesia – Belanda. Kegiatan KMB dilaksanakan di Den Haag, Belanda tanggal 23
Agustus sampai 2 November 1949. Dalam KMB tersebut dihadiri delegasi Indonesia,
BFO, Belanda, dan perwakilan UNCI. Berikut ini para delegasi yang hadir dalam
KMB:
a.
Indonesia
terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr. Soepomo
b.
BFO
dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
c.
Belanda
diwakili Mr. van Maarseveen.
d.
UNCI
diwakili oleh Chritchley.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1.
Sedikitnya ada dua faktor yang mengakibatkan
penduduk Nusantara ini dijajah oleh bangsa Barat, yakni faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal
adalah kondisi politik, ekonomi, social, dan budaya sehingga bangsa lain dapat
masuk dan menguasai serta memonopoli perdagangan sedangkan faktor eksternal adalah kondisi yang
terjadi di negara-negara penjajah khususnya di Eropa sehingga mereka melakukan
ekspedisi dan ekspansi ke seluruh dunia hingga sampai di wilayah Indonesia.
2.
Perjuangan untuk melepaskan diri dari
kungkungan penjajah telah dilakukan diberbagai daerah di Nusantara jauh sebelum
abat ke-20. Hanya perjuangan belum bersifat Nasional atau kebangsaan untuk
membentuk suatu negara-bangsa (Nation State).
3.
Perjuangan dilakukan oleh sejumlah kerajaan
untuk mengusir penjajah dari daerah/kerajaan tertentu secara lokal sehingga
sering disebut perjuangan kedaerahan/lokal.
3.2
SARAN
Adapun dari penulisan makalah ini kami selaku penulis menyarankan kepada
generasi muda agar tetap mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan cara ikut
berpartisipasi dalam mengisi kemerdekaan Indonesia dan mencontoh semangat para
pahlawan terdahulu dalam kehidupan sehari-hari. Seluruh warga Indonesia wajib
menghargai dan menghormati jasa-jasa para pahlawan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyiyah, Fitri. (2012). Perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Diakses dari
Maeswara, Garda. (2010). Sejarah
revolusi Indonesia 1945-1950 (Perjuangan bersenjata dan diplomasi untuk memepertahankan kemerdekaan). Yogyakarta:Narasi.
Tjahtjahnto, Masjhur dan Praba Asmani.
(2011). Historia vitae magistra sejarah untuk SMA/MA kelas XII IPS semester I. Editor:Agus
Waryanto. Klaten:Perdana.
http://fitria97.wordpress.com/tugas-tugas/ips/22-2/. 20
Oktober 2014. Hatmoko, Dwi. (2012). Usaha
mempertahankan kemrdekaan. Diakses dari http://ensiklopebanten.files.wordpress.com/2012/03/usahamempertahankankemerdekaan.pdf. 22
Oktober 2014.
No comments:
Post a Comment