BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semenjak Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14
Agustus 1945 maka secara hukum tidak lagi berkuasa di Indonesia. Hal ini
mengakibatkan Indonesia berada dalam keadaan vacum of power (tidak ada pemerintah yang berkuasa) dan waktu itu
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya.
Pada tanggal 10 September 1945 Panglima Bala Tentara Kerajaan Jepang di
Jawa mengumumkan bahwa pemerintahan akan diserahkan pada Sekutu bukan pada
pihak Indonesia. Pada tanggal 29 September 1945 akhirnya Sekutu mendarat di
Indonesia yang bertugas melucuti tentara Jepang. Semula rakyat Indonesia
menyambut dengan senang hati kedatangan Sekutu, karena mereka mengumandangkan
perdamaian.
Sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya
dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Keadaan di
mana bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan. Waktu itu, 15 Agustus 1945,
Jepang terlebih dahulu mengalami kekalahan dengan Sekutu, sehingga dalam
keadaan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Dengan proklamasi kemerdekaan inilah Negara
Indonesia terlahir.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya. Akan tetapi, ada pihak-pihak yang tidak mengakui kedaulatan
pemerintahan Republik Indonesia. Ketika negara kita memproklamasikan
kemerdekaan, tentara Jepang masih ada di Indonesia. Sekutu menugaskan Jepang
untuk menjaga keadaan dan keamanan di Indonesia seperti sebelum Jepang menyerah
kepada Sekutu. Tugas tersebut berlaku saat Sekutu datang ke Indonesia. Rakyat
Indonesia yang menginginkan hak-haknya dipulihkan, berusaha mengambil alih
kekuasaan dari tangan Jepang. Usaha tersebut mendapat rintangan dari pihak Jepang
sehingga di beberapa tempat terjadi pertempuran antara tentara Jepang dengan
rakyat Indonesia.
Sebagai negara yang baru saja merdeka, tentu Indonesia masih rentan
dengan penjajahan bangsa asing maupun pemberontakan di dalam negeri sendiri.
Belum lama Indonesia menikmati kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah mendapatkan
gangguan dari Belanda. Berawal dari kedatangan Sekutu (AFNEI atau Allied Forces Netherland East India) ke
bangsa Indonesia yang memiliki tujuan melucuti Jepang, namun setelah diketahui
bahwa Sekutu (AFNEI atau Allied Forces
Netherland East India) telah diboncengi Belanda (NICA atau Netherland Indies Civil Administration),
rakyat Indonesia menjadi cemas dan terganggu. Belanda (NICA atau Netherland Indies Civil Administration)
bermaksud menegakkan kembali pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia. Dari
situlah mulai terjadi perlawanan di berbagai daerah di Indonesia. Perlawanan
bangsa Indonesia di berbagai daerah ini dilakukan secara fisik maupun secara
diplomasi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
proses kembalinya Indonesia ke bentuk negara kesatuan RI?
2.
Bagaimana
perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan
3.
Bagaimana
masa perjuangan revolusi fisik?
4.
Bagaimana
kondisi sosial budaya pada masa revolusi fisik?
5.
Bagaimana
peran pada saat revolusi fisik?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui proses kembalinya Indonesia ke bentuk negara kesatuan RI
2.
Untuk
mengetahui perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan.
3.
Untuk
mengetahui masa perjuangan revolusi fisik.
4.
Untuk
mengetahui kondisi sosial budaya pada masa revolusi fisik.
5.
Untuk
mengetahui peran pers pada saat revolusi fisik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Sejarah Kembalinya Indonesia Ke Bentuk Negara Kesatuan RI
Dengan
disetujuinya KMB pada tanggal 2 November 1949, di Indonesia terbentuklah satu
negara federal yang bernama Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari
negara-negara bagian yaitu Republik Indonesia, negara Sumatera Timur, negara
Sumatera Selatan, Negara Pasundan, negara Jawa Timur, negara Madura, negara
Indonesia Timur, Kalimantan Tenggara, Banjar, Dayak Besar, Biliton, Riau, dan
Jawa Tengah. Masing-masing Negara bagian mempunyai luas daerah dan penduduk
yang berbeda.
Setelah berdirinya
negara RIS, segera muncul usaha-usaha untuk membentuk kembali Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Rakyat di daerah-daerah melakukan kegiatan kegiatan seperti
demonstrasi dan pemogokan untuk menyatakan keinginannya agar bergabung dengan
Republik Indonesia di Yogyakarta. Bentuk nyatakan adanya pertentangan tersebut
yaitu muncullah dua golongan berikut:
a. Golongan
unitaris yaitu golongan yang menghendaki negara kesatuan,di pimpim oleh
Moh.Yamin.
b. Golongan
federalis yaitu golongan yang tetap menghendaki adanya negara serikat,dipimpin
oleh Sahetapy Engel.
Pertentangan
ini dimenangkan oleh golongan unitaris. Pada tangga Maret 1950. Pemerintah RIS dengan persetujuan
Parlemen dan Senat RIS mengeluarkan Undang Undang darurat No.11 tahun 1950
tentang ”Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS”. Berdasarkan Undang Undang
Darurat tersebut berturut-turut
negara-negara bagian menggabungkan diri dengan Republik Indonesia, sehingga
sampai tanggal 5 April 1950 negara RIS tinggal terdiri dari tiga negara bagian,
yaitu:
a. Republik
Indonesia/RI
b. Negara
Sumatra Timur/NST
c. Negara
Indonesia Timur/NIT
Sementara itu pada tanggal 19 Mei 1950 dicapai
kesepakatan antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Republik Indonesia
Serikat (NST dan NIT). Kesepakatan tersebut dinamakan “Piagam Persetujuan” yang
berisi sebagai berikut:
a. Kedua pemerintah sepakat untuk membentuk negara
kesatuan sebagai penjelmaan Republik Indonesia berdasarkan proklamasi 17
Agustus 1945.
b. Undang Undang Dasar yang diperoleh dengan mengubah
konstitusi RIS sedemikian rupa sehingga prinsip prinsip pokok UUD 1945 dan
bagian bagian yang baik dari konstitusi RIS termasuk di dalamnya.
c. Dewan materi harus bersifat parlementer.
d. Presiden adalah Presiden Sukarno, sedangkan jabatan
wakil presiden akan dibicarakan lebih lanjut.
e. Membentuk sebuah panitia yang bertugas
menyelenggarakan persetujuan tersebut.
Sesuai dengan Piagam Persetujuan tersebut pemerintah
Republik Indonesia dan RIS akan membentuk panitia bersama. Panitia ini diketuai
oleh Menteri Kehakiman RIS yaitu: Prof. Dr Mr.
Supomo dan Abdul Hamid dari pihak Republik Indonesia. Tugas pokoknya
yaitu: merancang Undang Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan. Rancangan tersebut
berhasil disusun pada tanggal 20 Juli 1950 untuk selanjutnya diserahkan kepada
Dewan perwakilan negara-negara bagian untuk disempurnakan.
Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1950 Rancangan UUD
itu diterima baik oleh senat parlemen RIS, dan KNIP. Pada tanggal 15 Agustus 1950 Presiden Sukarno menandatangani Rancangan UUD
tersebut menjadi UUD Sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia atau lebih
dikenal sebagai UUDS 1950. Pada tanggal 17 Agustus 1950 negara RIS secara resmi
dibubarkan dan kita kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rakyat
Indonesia merayakan tanggal 17 Agustus 1950 itu dengan meriah sebagai ulang
tahun kemerdekaan yang ke-5.
2.2 Perjuangan Bangsa
Indonesia Mempertahankan Kemerdekaan
Sejak tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah
memproklamasikan kemerdekaannya. Dengan demikian bangsa Indonesia telah menjadi
bangsa yang merdeka, bebas dari belenggu penjajahan. Akan tetapi, Belanda belum
rela dengan kemerdekaan Indonesia tersebut. Melalui berbagai cara Belanda tetap
ingin menjajah Indonesia. Sikap Bangsa Indonesia tentu saja tidak tinggal diam.
Dengan berbagai upaya, bangsa Indonesia tetap mempertahankan kemerdekaannya.
Usaha-usaha apa saja yang dilakukan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya.
2.1.1
Perjuangan
Bangsa Indonesia Mempertahankan Kemerdekaan
Pada tanggal
17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Akan tetapi,
ada pihak-pihak yang tidak mengakui kedaulatan pemerintahan Republik Indonesia.
Ketika negara kita memproklamasikan kemerdekaan, tentara Jepang masih ada di
Indonesia. Sekutu menugaskan Jepang untuk menjaga keadaan dan keamanan di
Indonesia seperti sebelum Jepang menyerah kepada Sekutu. Tugas tersebut berlaku
saat Sekutu datang ke Indonesia. Rakyat Indonesia yang menginginkan hak-haknya
dipulihkan, berusaha mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang. Usaha
tersebut mendapat rintangan dari pihak Jepang sehingga di beberapa tempat
terjadi pertempuran antara tentar Jepang dengan rakyat Indonesia.
Pertempuran-pertempuran tersebut menimbulkan korban di kedua belah pihak.
Ketika rakyat Indonesia sedang menghadapi Jepang, Belanda (NICA) datang
membonceng tentara Sekutu. Tujuan Belanda ingin menjajah kembali Indonesia.
Pada tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu dan pasukan NICA tiba di
Indonesia dan mendarat di Pelabuhan Tanjung Priok. Tentara Sekutu membantu NICA
yang ingin membatalkan kemerdekaan Indonesia. Rakyat Indonesia tidak ingin lagi
menjadi bangsa yang terjajah. Rakyat Indonesia bangkit melawan tentara Sekutu
dan NICA. Rakyat Indonesia menggunakan senjata rampasan dari Jepang dan senjata
tradisional yang ada. Berkobarlah pertempuran di mana-mana.
1. Pertempuran Surabaya
Tanggal 25
Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di Tanjung Perak, Surabaya. Tentara
Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jendral Mallaby. Kedatangan tentara tersebut
diikuti oleh NICA. Mula-mula tentara NICA melancarkan hasutan sehingga
menimbulkan kekacauan di Surabaya. Hal tersebut menimbulkan bentrokan antara
rakyat Surabaya dengan tentara Sekutu.
Tanggal 28
Oktober hingga 31 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat. Ketika terdesak,
tentara Sekutu mengusulkan perdamaian. Tentara Sekutu mendatangkan
pemimpin-pemimpin Indonesia untuk mengadakan gencatan senjata di Surabaya.
Tentara Sekutu tidak menghormati gencatan senjata. Dalam insiden antara rakyat
Surabaya dan tentara Sekutu, Brigjen Mallaby terbunuh. Letnan Jendral
Christison Panglima Sekutu di Indonesia, meminta kepada pemerintah Indonesia
menyerahkan orang-orang yang dicurigai membunuh Jendral Mallaby. Permintaan
tersebut diikuti ultimatum dari Mayor Jendral Mansergh. Isi ultimatum tersebut.
Sekutu
memerintahkan rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya. Penyerahan paling lambat
tanggal 9 November 1945 pukul 18.00 WIB. Apabila ultimatum tersebut tidak
dilaksanakan, Kota Surabaya akan diserang dari darat, laut, dan udara. Gubernur
Suryo, diberi wewenang oleh pemerintah pusat untuk menentukan kebijaksanaannya.
Hasil musyawarah tersebut adalah rakyat Surabaya menolak ultimatum dan siap
melawan ancaman Sekutu.
Tanggal 10
November 1945 pukul 06.00, tentara Sekutu menggempur Surabaya dari darat, laut
maupun udara. Di bawah pimpinan Gubernur Suryo dan Sutomo (Bung Tomo) rakyat
Surabaya tidak mau menyerahkan sejengkal tanah pun kepada tentara Sekutu.
Dengan pekik Allahu Akbar, Bung Tomo membakar semangat rakyat. Dalam
pertempuran yang berlangsung sampai awal Desember itu gugur beribu-ribu pejuang
Indonesia. Pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Hari
Pahlawan untuk memperingati jasa para pahlawan. Perlawanan rakyat Surabaya
mencerminkan tekad perjuangan seluruh rakyat Indonesia.
2. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran
ini terjadi pada tanggal 15 Oktober 1945. Kurang lebih 2000 pasukan Jepang berhadapan
dengan TKR dan para pemuda. Peristiwa ini memakan banyak korban dari kedua
belah pihak. Dr. Karyadi menjadi salah satu korban sehingga namanya diabadikan
menjadi nama salah satu Rumah sakit di kota Semarang sampai sekarang. Untuk
memperingati peristiwa tersebut maka pemerintah membangun sebuah tugu yang
diberi nama Tugu Muda.
3. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran
ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris di bawah pimpinan Brigjen Bethel
di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 untuk membebaskan tentara Sekutu.
Setelah itu menuju Magelang, karena Sekutu diboncengi oleh NICA dan membebaskan
para tawanan Belanda secara sepihak maka terjadilah perlawanan dari TKR dan
para pemuda. Pasukan Inggris akhirnya terdesak mundur ke Ambarawa. Dalam
peristiwa tersebut Letkol Isdiman gugur sebagai kusuma bangsa. Kemudian Kolonel
Sudirman terjun langsung dalam pertempuran tersebut dan pada tanggal 15
Desember 1945 tentara Indonesia berhasil memukul mundur Sekutu sampai Semarang.
Karena jasanya maka pada tanggal 18 Desember 1945 Kolonel Sudirman diangkat
menjadi Panglima Besar TKR dan berpangkat Jendral. Sampai sekarang setiap
tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari Infantri.
4. Pertempuran Medan Area
Pada tanggal
9 Oktober 1945 pasukan Sekutu yang diboncengi Belanda dan NICA di bawah
pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Medan. Pada tanggal 13 Oktober 1945
para pemuda yang tergabung dalam TKR terlibat bentrok dengan pasukan Belanda,
sehingga hal ini menjalar ke seluruh kota Medan. Hal ini menjadi awal perjuangan
bersenjata yang dikenal dengan Pertempuran Medan Area.
5. Bandung Lautan Api
Kota Bandung
dimasuki pasukan Inggris pada bulan Oktober 1945. Sekutu meminta hasil lucutan
tentara Jepang oleh TKR diserahkan kepada Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945
Sekutu mengultimatum agar kota Bandung dikosongkan. Hal ini tidak diindahkan
oleh TRI dan rakyat. Perintah ultimatum tersebut diulang tanggal 23 Maret 1946.
Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan supaya TRI mengosongkan Bandung, tetapi
pimpinan TRI di Yogyakarta mengintruksikan supaya Bandung tidak dikosongkan.
Akhirnya dengan berat hati TRI mengosongkan kota Bandung. Sebelum keluar
Bandung pada tanggal 23 Maret 1946 para pejuang RI menyerang markas Sekutu dan
membumihanguskan Bandung bagian selatan. Untuk mengenang peristiwa tersebut
Ismail Marzuki mengabadikannya dalam sebuah lagu yaitu Hallo-Hallo Bandung.
6. Agresi Militer Belanda
Agresi
militer Belanda yaitu serangan yang dilakukan oleh Belanda kepada Negara
Republik Indonesia. Kurang lebih satu bulan setelah kemerdekaan Indonesia,
tentara sekutu datang ke Indonesia. Dalam pendaratannya di Indonesia, tentara
sekutu diboncengi NICA. Selain bermaksud melucuti tentara Jepang, tentara
sekutu membantu NICA mengembalikan Indonesia sebagai jajahannya. dengan bantuan
sekutu, NICA ingin membatalkan kemerdekaan rakyat Indonesia.
2.1.2
Menghargai
Jasa Para Tokoh dalam Mempertahankan Kemerdekaan
1.
Pengakuan Kedaulatan Republik
Indonesia oleh Belanda
Untuk
menengahi pertikaian antara Indonesia dan Belanda, PBB membentuk komisi baru
yang diberi nama UNCI (United Nation
Commision for Indonesia). Berkat peranan UNCI Indonesia dan Belanda
mengadakan perundingan. Delegasi Indonesia diketuai Mr. Moh Roem. Delegasi
Belanda diketuai Dr. Van Royen. Perundingan tersebut dinamakan Perundingan
Roem-Royen. Salah satu keputusan perundingan Roem-Royen adalah akan
diselenggarakannya Koferensi Meja Bundar (KMB).
2.
Peranan Beberapa Tokoh dalam
Mempertahankan Kemerdekaan
Mempertahankan
kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan dua cara. Cara tersebut meliputi perang
dan diplomasi. Ada beberapa tokoh yang berperan dalam kedua cara tersebut, antara
lain sebagai berikut:
a. Ir. Soekarno.
Tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno atas nama bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tanggal 18 Agustus 1945 Ir. Soekarno
diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia. Sebagai pemimpin tertinggi,
Presiden Soekarno banyak melakukan diplomasi dengan pemimpin-pemimpin tentara
Sekutu di Indonesia. Berkat diplomasi Bung Karno jatuhnya korban di kedua belah
pihak dapat dihindari. Selama Perang Kemerdekaan sampai pengakuan kedaulatan,
perjuangan Bung Karno terus berlanjut. Bung Karno tetap memakai cara diplomasi
dalam perjuangannya. Hal ini tercermin dari pidato Bung Karno pada suatu rapat
umum di Magelang pada tanggal 16 Maret 1946. Beliau menyatakan bahwa ada jalan perjuangan
bagi bangsa Indonesia, satu di antaranya jalan diplomasi.
b. Drs.
Mohammad Hatta. Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta) sejak muda telah menjadi tokoh
penggerak mahasiswa Indonesia. Bung Hatta adalah seorang tokoh organisasi
Pemuda Indonesia (PI). Pemuda Indonesia merupakan organisasi mahasiswa dan
pelajar Indonesia di luar negeri (Belanda). Pemuda Indonesia mempunyai pengaruh
yang besar bagi pergerakan kemerdekaan Indonesia. Tanggal 17 Agustus 1945 Drs.
Mohammad Hatta bersama Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia atas
nama bangsa Indonesia. Tanggal 18 Agustus 1945 Drs. Mohammad Hatta dipilih
menjadi wakil Presiden Indonesia yang pertama. Beliau berusaha agar kedaulatan
Indonesia diakui dunia. Tanggal 13 Januari 1948 diadakan perundingan di Kaliurang.
Perundingan tersebut membicarakan daerah kekuasaan Republik Indonesia.
Perundingan tersebut dilakukan oleh Komisi Tiga Negara (Amerika, Australia, dan
Belgia) dengan Indonesia. Mohammad Hatta, Ir. Soekarno, Sultan Syahrir, dan
Jendral sudirman merupakan wakil dari Indonesia. Tanggal 23 Agustus Drs.
Mohammad Hatta memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)
di Den Haag.
c. Jendral
Soedirman. Jendral Soedirman adalah pejuang yang gigih. Dalam keadaan sakit
beliau tetap memimpin perlawanan terhadap Belanda. Pada tanggal 12 Desember
1945 Kolonel Soedirman memimpin pertempuran melawan Sekutu di Ambarawa. TKR
berhasil memukul mundur tentara Sekutu. Dalam menghadapi Sekutu, Kolonel
Soedirman menggunakan taktik Perang Gerilya. Kolonel Soedirman merupakan tokoh
yang mempelopori Perang Gerilya di Indonesia.
2.2 Masa Perjuangan
Revolusi Fisik
a.
Kondisi
pemerintahan pada awal revolusi fisik
Dengan
mulai tibanya pihak sekutu guna menerima penyerahan jepang maka muncul lah
tantangan serius yang pertama terhadap revolusi. Pada awal tahun 1945 pihak
sekutu telah memutuskan bahwa pasukan pasukan amerika akan memusatkan perhatian
pada pulau pulau di jepang . dengan demikian tanggung jawab atas Indonesia akan
di pindahkan dari komando pasifik barat daya Amerika kepada komando Asia
tenggara Inggris dibawah pimpinan Lord louis mountbatten. Tentu saja belanda
ingin sekali menduduki kembali Indonesia dan menghukum mereka yang bekerja sama
dengan Jepang.
b.
Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan
Meskipun
kemerdekaan Indonesia telah di proklamasikan, ternyata bangsa Indonesia masih
mengalami berbagai macam rongrongan atau gangguan yang datang baik dari dalam
maupun dari luar. Pemerintah Belanda masih tetap ingin menguasai wilayah
Indonesia. Namun, kali ini kedatangan pasukan Belanda ke wilayah Indonesia
bersama-sama dengan pasukan Sekutu-Inggris. Kedatangannya disambut dengan
berbagai bentuk perlawanan oleh bangsa Indonesia. Sejak 1945 hingga tahun 1950
telah terjadi berbagai macam pertempuran antara pihak Indonesia dengan pihak
Belanda yang dibantu oleh pasukan Sekutu-Inggris.
c.
Kondisi
Masyarakat Pada Awal Revolusi Fisik
Laksamana
Patterson (komandan garis belakang Skuadron Tempur kelima Inggris) pada tanggal
29 september 1945 mengumumkan bahwa pasukan-pasukan sekutu datang untuk
melindungi rakyat dan untuk memulihkan keamanan dan ketertiban hingga
pemerintah Hindia Belanda yang berwenang berfungsi kembali. Pada hari yang
sama, letnan jenderal Sir Philip Christison (panglima sekutu untuk Hindia
Belanda) mengumumkan bahwa pasukan jepang di jawa sementara harus dipakai untuk
memulihkan keamanan dan ketertiban. Pengumuman ini segera diikuti oleh
pendaratan kontinen-kontinen kecil pasukan Belanda di bawah perlindungan
Inggris (Kahin, 1995: 180).
2.3 Kondisi Sosial
Budaya Pada Masa Revolusi Fisik
Dengan
mulai tibanya pihak sekutu guna menerima penyerahan jepang, maka semakin
meningkatlah ketegangan-ketegangan di jawa dan sumatera serta mendorong
orang-orang yang sepenuh hati mendukung Republik untuk berbalik melawan. Atas nama
‘kedaulatan rakyat’ para pemuda revolusioner mengintimidasi, menculik, dan
kadang-kadang membunuh para pejabat pemerintahan, kepala-kepala desa, dan
anggota-anggota polisi yang kesetiaannya disangsikan, atau yang dituduh
melakukan korupsi, pencatutan, atau penindasan selama pendudukan jepang. Dalam
kekacauan ini tindakan-tindakan atas nama kedaulatan kadang-kadang sulit
dibedakan dari tindakan-tindakan perampokan, perampasan, pemerasan, dan
pembalasan dendam semata. “Semangat merdeka menyala-nyala, sehingga menyebabkan
mereka kurang dapat mengendalikan diri.” (Moedjanto, 1993:100).
Pihak
Republik kehilangan banyak tenaga manusia dan senjata dalam pertempuran
Surabaya, tetapi perlawanan mereka yang bersifat pengorbanan tersebut telah
menciptakan suatu lambang dan pekik persatuan demi revolusi. Banyak orang
Belanda telah benar-benar merasa yakin bahwa Republik hanya mewakili
segerombolan kolaborator yang tidak mendapat dukungan rakyat. Tak
seorangpun pengamat yang serius dapat mempertahankan anggapan seperti itu.
Kepercayaan kekebalan, ramalan-ramalan dan tradisi-tradisi pribumi lain,
mendalamnya ketegangan-ketegangan sosial pribumi atau daya tarik kekerasan bagi
rakyat Indonesia, membuat gagasan mengenai suatu revolusi sosialis
internasional yang akan bersifat demokratis, anti bangsawan, dan anti fasis
sulit diterapkan di Indonesia.
Keadaan
di dalam Republik di Jawa pada tahun 1948 sangat gawat. Kekuasaan republik
secara efektif terdesak ke wilayah pedalaman Jawa Tengah yang sangat padat
peduduknya dan kekurangan beras, dimana penderitaan semakin meningkat sebagai
akibat blokade belanda dan masuknya sekitar enam juta pengungsi dan tentara
republik. Pemerintah Republik mencetak lebih banyak uang lagi untuk menutup
biaya sehingga inflasi pun melonjak. Akan tetapi, tindakan ini bukannya tanpa
akibat-akibat yang menguntungkan. Dengan meningkatnya inflasi dan harga beras,
maka meningkat pula penghasilan para petani dan sebagian besar hutang mereka
dapat dilunasi, sementara penghasilan para pekerja merosot.
Pada
tanggal 29 Agustus 1947 secara sepihak mereka memproklamirkan apa yang
dinamakan “garis van mook”. Menurut garis Van Mook, republik itu dibatasi
hingga lebih sedikit dari sepertiga wilayah Jawa wilayah tengah bagian timur
(dikurangi pelabuhan-pelabuhan parairan laut-dalam) dan ujung yang paling utara
dari pulau itu. Separuh Madura, dan bagian paling luas tetapi paling miskin
dari Sumatera.
Di
Sumatera timur, kelompok-kelompok bersenjata yang sebagian besar terdiri dari
orang-orang batak dan dipimpin oleh kaum kiri, menyerang raja-raja batak pada
bulan maret 1946. Penangkapan-penangkapan dan perampokan-perampokan terhadap
para raja segera berubah menjadi pembantaian yang mengakibatkan tewasnya
beratus-ratus bangsawan sumatera Timur, diantaranya adalah Amir Hamzah. Para
politisi republik setempat serta satuan-satuan tentara setempat menentang
tindak kekerasan ini, dan pada akhir bulan April para pemimpin terkemuka
revolusi sosial berdarah ini ditangkap, tetapi sebagian dapat menyelamatkan
diri dalam persembunyian. Perpecahan-perpecahan di dalam
tubuh/kekuatan-kekuatan revolusi di sumatera timur tampak jelas dengan
penindasan terhadap revolusi sosial tersebut. Semetara itu, perpecahan di
kalangan elite revolusi di jawa menjadi semakin tegang ketika partai-partai
politik terbentuk. Partai-partai yang penting pada masa revolusi diantaranya:
PKI (Partai komunis Indonesia), Pesindo (pemuda sosialis indonesia), Masyumi,
dan PNI (partai nasional Indonesia).
2.4 Peran Pers Pada Saat Revolusi Fisik
Pers
pada awal kemerdekaan sebagai mitra bagi pemerintah dalam mencari kebenaran,
mempertahankan kemerdekaan dan menggerakkan rakyat untuk melawan penjajah.
Secara struktural, pers Indonesia tumbuh dengan baik, setiap warga negara dapat
menerbitkan surat kabar tanpa adanya batasan, perizinan dan semacamnya dari
penguasa. Di Palembang terbit surat kabar Warta Berita, dan Soeara Rakyat.
Sedangkan di Jakarta, terbit surat kabar Merdeka, Rakyat, dan Soeara
Oemoem. Di Bandung antara lain, Pewarta Oemoem, di Jogyakarta terbit beberapa
surat kabar seperti Kedaulatan Rakyat, Soeara Merdeka, Suara Rakyat dan
di Semarang Sinar Baru. Untuk konsumsi tentara Inggris atau India dan kalangan
yang berbahasa Inggeris dan Belanda, diterbitkan mingguan “Free Indonesia” di
bawah pimpinan Abdul Madjid, dan penerbitan berkala “de Vrijheid” dan
disebarkan cuma-cuma di Medan.
Setelah
Belanda kembali dengan pemerintahan NICA yang membonceng tentara Sekutu,
kehidupan pers Indonesia kembali mengalami tekanan. Pemerintahan otoriter yang
diterapkan Sekutu dan NICA sangat mengancam kehidupan pers saat itu, karena
kebenaran dianggap bukan hasil dari masa rakyat, tetapi dari sekelompok kecil
orang yang sedang berkuasa, yaitu Sekutu dan NICA. Dalam kondisi yang penuh
tekanan oleh Sekutu dan NICA, pers Indonesia memproklamirkan dirinya sebagai
pers perjuangan yang terfokus dalam mengobarkan semangat perjuangan melawan
penjajah.
Tekanan-tekanan
terhadap pers Indonesia terjadi di berbagai wilayah pendudukan. Di Jakarta pada
tanggal 19 April 1946 Polisi NICA melakukan penggerebekan terhadap kantor
berita APB (Arabian Press Board yang kemudian berubah menjadi Asian Press
Board. Pemimpin APB, Dza Shahab ditangkap dan APB dilarang menyiarkan berita
apapun terutama mengenai gerakan-gerakan TNI. Disamping itu wartawan ‘republiken’
yang bekerja di daerah pendudukan, di intimidasi dan digeledah dengan dalih
kolaborasi. Di Surabaya, wartawan yang tidak mau bekerjasama dengan Belanda,
menyingkir ke pedalaman dan disana mereka meneruskan perjuangan membela
republik.
Pada
awalnya, selain mengudara untuk kepentingan umum, para awak radio ini juga
melakukan monitor, mengirim berbagai pengumuman dan instruksi penting bagi
kegiatan angkatan bersenjata. Siaran Radio Rimba Raya di tengah hutan belantara
Aceh Tengah itu, menampilkan lima bahasa, yakni bahasa Inggris, Belanda, Cina,
Urdu dan Arab. Dalam tempo enam bulan mengudara, radio ini telah mampu
membentuk opini dunia serta ”membakar” semangat perjuangan di tanah air, bahkan
keberadaan negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Proklamasi 17 Agustus
1945 diakui oleh beberapa negara manapun di dunia. Selain berita kemerdekaan
Republik Indonesia yang diinformasikan, Radio Rimba Raya juga menyiarkan berita
tentang kenduri akbar di Aceh.
Ketika Konferensi Asia tentang Indonesia
digelar tanggal 20-23 Januari 1949 di New Delhi, jam kerja Radio Rimba Raya
diperpanjang karena banyaknya berita yang harus dikirim ke wakil-wakil
Indonesia yang menghadiri konferensi tersebut.Radio ini terus berperan sampai
saat pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Pemerintahan Belanda pada 27
Desember 1949 di Jakarta sebagai hasil Konfrensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat di ambil dari makalah sederhana ini, yaitu:
·
Bentuk nyata adanya pertentangan Indonesia
yaitu muncul dua golongan:
1. Golongan
unitaris yaitu golongan yang menghendaki negara kesatuan,di pimpin oleh
Moh.Yamin.
2. Golongan
federalis yaitu golongan yang tetap menghendaki adanya negara serikat, dipimpin
oleh Sahetapy Engel.
· Sejak
tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya.
Dengan demikian bangsa Indonesia telah menjadi bangsa yang merdeka, bebas dari
belenggu penjajahan.
· Masa
perjuangan revolusi fisik, meliputi:
1. Kondisi
pemerintahan pada awal revolusi fisik.
2. Perjuangan
mempertahankan kemerdekaan.
3. Kondisi
masyarakat pada awal revolusi fisik.
· Keadaan
di dalam Republik di Jawa pada tahun 1948 sangat gawat. Kekuasaan republik
secara efektif terdesak ke wilayah pedalaman Jawa Tengah yang sangat padat
penduduknya dan kekurangan beras, di mana penderitaan semakin meningkat sebagai
akibat blokade Belanda dan masuknya sekitar enam juta pengungsi dan tentara
republik.
· Pers
pada awal kemerdekaan sebagai mitra bagi pemerintah dalam mencari kebenaran,
mempertahankan kemerdekaan dan menggerakkan rakyat untuk melawan penjajah.
3.2
Saran
Dengan kita mempelajari
perjuangan Kemerdekaan Indonesia maka seharusnya rasa nasionalisme terhadap
bangsa akan tumbuh lebih besar. Karena kita mengetahui bagaimana usaha para
pendahulu kita untuk memperoleh kemerdekaan, maka sepatutnya kita sebagai
generasi yang melanjutkan perjuangan mereka untuk senantiasa berusaha
menjadikan Bangsa Indonesia lebih baik dan semakin maju.
DAFTAR PUSTAKA
Maeswara,
Garda. 2010. Sejarah Revolusi Indonesia
1945-1950 (Perjuangan bersenjata dan diplomasi untuk mempertahankan
kemerdekaan). Yogyakarta: Narasi.
Kahin, G. M.
T. 1995. Refleksi Pergumulan Lahirnya
Republik: Nasionalisme dan Revolusi di
Indonesia. Jakarta: Sebelas Maret University Press bekerja sama dengan Pustaka Sinar
Harapan.
Moedjanto.
1993. Indonesia Abad ke 20 jilid 1.
Yogyakarta: Kanisiu.
No comments:
Post a Comment