BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam pekerjaan teknik sipil, tanah
memang peranan penting baik itu digunakan sebagai bahan kontribusi maupun tanah
sebagai tempat diletakkannya struktur bangunan. Sesuai dengan proses
terjadinya, tanah tersusun dari berbagai mineral, sifat dan prilaku yang
berbeda-beda. Tanah yang digunakan dalam pekerjaan teknik sipil tersebut
mempunyai sifat fisis dan sifat mekanis yang berbeda-beda, yang tidak dapat
digunakan untuk hal yang sama dalam suatu kontruksi, maka dari itu dilaksanakan
pemeriksaan tanah yang bertujuan untuk menyelidiki sifat-sifat fisis dan
mekanis, maka sejauh mana pemakaian tanah tersebut dalam bidang teknik sipil.
Hal tersebut terutama sebagai tempat meletakkan pondasi suatu kontruksi dan
sebagai bahan kontruksi, baik dalam hal pembuatan bangunan gedung maupun
pembuatan jalan.
Berdasarkan jenis tanah dapat
ditentukan juga kegunaan dari kontruksi yang dibangun diatas permukaan tanah
tersebut, contohnya suatu kontruksi yang karena penurunannya kecil dan berjalan
cepat sesuai degan jenis tanah pasif.
Pekerjaan pemeriksaan tanah mulai
dengan pengambilan sampel tanah pada sebuah lokasi. Sampel tanah dibawa ke
laboratorium untuk pelaksanaan pengukuran dan pemeriksaan terhadap sifat fisis
dan mekanisnya. Percobaan ini dilaksanakan di laboratorium mekanika tanah
Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam
pekerjaan teknik sipil, disamping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung
pondasi dari bangunan. Bangunan dalam ilmu teknik sipil dikelompokkan kedalam
dua kelompok yakni bagian atas tanah (upper structure) dan bagian bawah tanah
(sub structure).
Upper structure adalah seluruh bagian struktur dari
bangunan yang ada diatas permukaan tanah, yang terdiri dari struktur beton
bertulang, beton pratekan, baja atau bahan lain. Pada bagian ini yang
diperlukan adalah perhitungan-perhitungan kekuatan, kestabilan serta keamanan
dari struktur tersaebut. Baik akibat berat sendiri, angin ataupun gempa beserta
pengenalan perilaku bahan yang digunakan.
Bagian sub structure adalah bagian bangunan yang ada
dibawah tanah, yakni pondasi tempat seluruh bangunan bertumpu. Untuk
mendapatkan pondasi yang baik, harus memenuhi dua kriteria yaitu daya dukung
yang cukup dan penurunan yang tidak membahayakan bangunan.
Dengan demikian diperlukan penguasaan terhadap gaya-gaya
yang bekerja pada pondasi dan penguasaan sifat-sifat tanah, dimana pondasi itu
bertumpu. Untuk mendapatkan desain pondasi yang baik dan memenuhi kriteria
perlu dicaci parameter tanah baik sifat fisik maupun mekanis tanah. Dengan
demikian perlu dipelajari ilmu mekanika tanah dan uji tanah. Uji tanah langsung
dilapangan atau laboraturium merupakan upaya silmulasi untuk mendapatkan
parameter tanah yang mendekati sebenarnya.
1.2.
Tujuan Pegujian
Pengujian ini
bertujuan untuk menentukan parameter–parameter yang akan berpengaruh terhadap contohtanahlapangan, baik terhadap sifat
fisik maupun sifat mekanisnya.
1.3.
Jenis-Jenis Pengujian
Pengujian yang dilakukan
di laboratoriumantara lain :
1. KuatTekanBebas
2. UjiGeserLangsung
3. PengujianTriaksial
4. Sand Cone
5. Sondir
6. Pengujian DCP (Dinamic Cone Penetrometer)
BAB II
PEKERJAAN UJI TANAH
2.1 Pengambilan
Sampel
2.1.1
Keadaan Alam
Lokasi
Lokasi sampel tanah untuk praktikum
mekanika tanah ini berada di desa Buket Rata, Kab. Aceh utara, lokasi tempat
pengambilan sampel ini adalah merupakan tanah lapangan. Tanah yang diambil
adalah asli, bukan merupakan tanah timbunan.
2.1.2
Cara
Pengambilan Contoh Tanah
Sebelum sampel tanah diambil untuk
diuji sebagai bahan penelitian, tanah tersebut digali lebih kurang sedalam 10
cm, setelah itu diambil untuk dijadikan sampel. Pengambilan sampel tanah
meliputi pengambilan terganggu dan tanah tak terganggu.
2.1.3
Pengambilan
Sampel Tanah Terganggu
Pada saat pengambilan sampel tanah
terganggu ini dilakukan dengan menggunakan cangkul dan tanah berada dalam
keadaan lembab. Sebelum sampel diambil, terlebih dahulu tanah dibersihkan
kemudian dilakukan penggalian lebih kurang sedalam 10 cm dari permukaan tanah
yang sudah dibersihkan, tujuan dari penggalian ini adalah untuk menghindari
tanah yang mengandung humus atau sampah karena pemilihan jenis tanah harus
disesuaikan dengan percobaan yang akan menjadi objek praktikum. Selanjutnya
tanah diambil lebih kurang 1 kg, kemudiaan dimasukkan ke dalam kantong plastik.
2.1.4
Pengambilan
Sampel Tanah Tidak Terganggu
Pada saat pengambilan sampel tanah
tidak terganggu, areal pengambilan tanah dalam keadaan tergenang air hujan.
Pengambilan sampel tidak terganggu ini dilakukan dengan menggunakan Tube
(Tabung). Pada saat pengambilan sampel tanah, tanah berada dalam keadaan tidak
terganggu kadar airnya.
Pengambilan tanah tidak terganggu
dilakukan dengan memasukkan Tube kedalam tanah, Tube diusahakan penuh terisi
dengan tanah. Setelah itu Tube diangkat dari dalam tanah bersama dengan tanah
yang sudah terisi dalam ruangan Tube tersebut.
2.2
KUAT
TEKAN BEBAS
2.2.1
Tujuan
Pelaksanaan
·
Untuk
mendapatkan nilai kekuatan tanah dalam keadaan bebas sampai mencapai keruntuhan
·
Untuk menghitung
kekuatan geser tanah apabila ada beban vertikal.
2.2.2 Dasar
Teori
Kuat
tekan bebas adalah besar beban aksial tiap satuan luas penampang benda uji pada
saat mengalami keruntuhan atau pada saat regangan mencapai 20 %. Jika tanah
dibebani maka akan melibatkan tegangan. Apabila tegangan geser akan mencapai
angka batas, maka massa tanah akan mengalami deformasi dan cenderung akan
runtuh. Keruntuhan geser dalam tanah adalah akibat geser relatif antara
butir-butir massa tanah.
Pada
kuat tekan bebas terdapat istilah konsistensi tanah yang merupakan gaya
persatuan luas yang terjadi pada saat sampel tanah hancur dalam percobaan
pembebanan. Kuat tekan bebas menggunakan sampel tanah kohesif baik pada kondisi
asli maupun tidak asli yang diberi beban sampai mencapai beban maksimum dan
akhirnya mengalami keruntuhan.
Proses
pengujian ini harus berlangsung dengan cepat sampai keruntuhannya. Hal ini
merupakan pengujian tegangan total dan kondisinya harus tanpa drainase selama
pengujian berlangsung. Jika waktu yang dibutuhkan dalam pengujian terlalu lama,
penguapan dan pengeringan benda uji akan menambah tegangan keliling dan dapat
menghasilkan kuat geser yang lebih tinggi.
Rumus
atau persamaan yang digunakan dalam pengujian kuat tekan bebas adalah sebagai
berikut :
a. Regangan
Axial (Ɛ)
|
ε
|
=
|
∆L
|
|
|
L0
|
|
∆L
= ε x L0
|
Dimana : Ɛ
= Regangan Axial
∆L
= Perubahan panjang
L0=
Panjang contoh awal (cm)
b.
Angka Koresi
|
Angka
Koreksi
|
=
|
1
|
|
|
1
– ε
|
Dimana : Ɛ= Regangan Axial
c. Beban
(P)
|
P
= Pembacaan arloji beban x k
|
Dimana : P = Beban (kg)
K
= Faktor kalibrasi = 0,102 kg/div
d. Luas Terkoreksi (A)
|
A = A0
x angka koreksi
|
Dimana : A = Luas terkoreksi (cm2)
A0=
Luas penampang awal (cm2)
e.
Tegangan (σ)
|
σ
|
=
|
P
|
|
|
A
|
Dimana : P = Beban (kg)
A
= Luas terkoreksi (cm2)
2.2.3
Alat
Dan Bahan
Ø Alat
1. Alat
tekan bebas
2. Stopwatch
3. Vaselin
4. Jangka
sorong
5. Cetakan
6. Spatula
7. Kaca
Ø Bahan
1. Sampel
tanah yang lolos saringan no.40
2. Aquades
2.2.4
Langkah
Kerja
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Membuat
benda uji dengan cara :
a. Mengambil
cetakan untuk benda uji kemudian mengukur diameter dan tingginya dengan
menggunakan jangka sorong.
b. Mengoleskan
vaselin pada bagian dalam cetakan.
c. Mencampur
sampel tanah dengan aquades diatas plat kaca dan diaduk dengan spatula.
d. Memasukkan
contoh tanah tersebut kedalam cetakan, kemudian membuat benda uji sepadat
mungkin.
e. Meratakan
kedua sisi ujung tanah sehingga rata sesuai permukaan cetakan, kemudian mengeluarkan contoh tanah tersebut
dari cetakan dengan hati-hati agar sampel tidak mengalami kerusakan.
3. Menghitung
nilai ∆L yang akan dijadikan acuan untuk pembacaan arloji regangan.
4. Meletakkan
sampel tanah pada alat penekan, kemudian mengatur arloji beban dan arloji
regangan ke nol.
5. Memutar
alat tekan sambil melihat pembacaan arloji rengangan nilai ∆L yang telah
dihitung sambil menyalakan stopwatch.
6. Membaca
arloji beban apabila arloji rengangan menunjukkan nilai ∆L.Menghentikan
pembacaan ketika arloji beban menunjukkan angka yang sama tiga kali (3x)
berturut- turut atau arloji beban menunjukkan penurunan angka.
2.2.5
Contoh
Perhitungan
Dik: diameter sampel 3,5 cm
Lo =
6,75 cm
Kecepatan
regangan = 1,5 %
Bacaan dial =
1,5
Angka kalibrasi
alat = 0,102 kg/div
-
Perubahan benda uji, ∆L = 0.25 x 0.100 = 0.025 cm
-
Luas penampang
koreksi,
=
-
Beban, P = (pembacaan dial) x (angka kalibrasi)
P = 5
x 0.102 = 0.51 kg
-
Tegangan normal,
σ n
=
=
Dimana
:
·
|
·
ε =
x 100%
=
= 0.37 %
|
=
= 9.62 cm²
-
Misalkan dari
grafik hubungan antar regangan dan
tegangan normal, diperoleh σ asli = 0.61 kg/cm2, σ Remolded =
0.45 kg/cm2. Maka sensitifitas nya :
Sensitifitas =
2.3
Kuat
Geser Langsung
2.3.1
Tujuan Pelaksanaan
1.
Untuk dapat mengetahui
kekuatan tanah terhadap gaya horizontal
2.
Untuk menentukan besar nilai sudut
geser dalam ( Ø )
3.
Untuk menentukan nilai kohesi tanah yang di uji (τ)
2.3.2
Dasar
Teori
Kekuatan geser suatu tanah dapat didefenisikan sebagai tahanan maksimum
suatu tanah terhadap tegangan geser dibawah suatu kondisi yang bersangkutan
dengan sifat-sifat tanah tersebut.
Jika dibebani, maka akan
mengakibatkan tegangan geser. Apabila teganan geser mencapai hingga batas, maka tanah akan
mengalami deformasi dan cenderung akan mengakibatkan keruntuhan / longsoran tanah. Keruntuhan tersebut
akibat geser relatif antara butir - butir massa tanah. Kekuatan geser tanah dapat terdiri dari 3
komponen yaitu :
1.
Geseran struktur, karena
perubahan jalinan antara butir-butir contoh tanah.
2.
Geseran dalam tanah, karena
perubahan terletak antara butir- tanah sendiri dengan titik kontak yang
sebanding.
3.
Kohesi dan adhesi antara permukaan butir-butir tanah yang
tergantung pada jenis tanah dan kepadatan butir-butirnya.
Rumus atau persamaan yang digunakan dalam pengujian kuat geser langsung
adalah sebagai berikut :
a. Kekuatan Geser (P)
P = Pmax
x k
Dimana
: P = Kekuatan Geser
Pmax =
Pembacaan arloji maksimum
k =
Faktor kalibrasi alat = 0,145 kg/div
b. Tegangan Normal (σ)
σn =
Dimana : σ =
Tegangan Normal (kg/cm2)
N = Beban Normal (kg)
A = Luas bidang Normal (cm2)
c. Tegangan Geser (τ)
τ =
Dimana : τ =
Tegangan geser (kg/cm2)
P = Kekuatan geser (kg)
A = Luas bidang geser (cm2)
2.3.3
Alat Dan Bahan
Ø Alat :
1.
Jangka Sorong
2.
Cincin/cetakan
3.
Alat Geser
4.
Batu pori (Pori stone)
5.
Alat pembebanan
6.
Spatula
7.
Plat kaca
8.
Alat pemotong contoh
9.
Stopwatch
10. Kertas Filter
Ø Bahan :
1.
Sampel tanah yang lolos saringan nomor 40
2.
Vaseline
3.
Aquades
2.3.4
Langkah Kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum
2.
Mengukur diameter cincin/cetakan dengan menggunakan
jangka sorong
3.
Mencampur contoh tanah dengan air suling diatas plat
kaca.
4.
Mengoleskan oli pada bagian dalam cincin/cetakan
5.
Memasukkan tanah kedalam cincin/cetakan, kemudian contoh
tanah tersebut dipadatkan. Sampel tanah yang dibuat sebanyak 3 buah.
6.
Memasang alat dengan posisi yang benar pada alat kuat
geser langsung.
7.
Memasukkan pori stone dan kertas filter kemudian memasang
baut alat.
8.
Meletakkan cincin yang berisi sampel tanah pada alat,
kemudian sampel tersebut didorong sampai sampel sepenuhnya masuk. Sampel
didorong/dimasukkan dengan hati-hati agar sampel tidak mengalami kerusakan
9.
Memasang alat pembebanan pertama yaitu 10 kg
10.
Mengaktifkan alat geser langsung dan melakukan pembacaan
arloji setiap 15 detik menggunakan stopwatch
11.
Pembacaan arloji dapat dihentikan ketika arloji pada alat
menunjukkan penurunan angka dengan menekan tombol “stop” untuk berhenti
12.
Mengambil sampel yang telah di uji dan membersihkan alat.
13.
Menekan tombol “return” pada alat geser untuk
mengembalikan alat ke kondisi semula.
14.
Mengambil sampel kedua kemudian melakukan kembali
prosedur nomor 6 sampai 13. Hal yang sama juga dilakukan untuk menguji sampel
yang ketiga. Untuk sampel yang kedua, beban dinaikkan menjadi 20 kg, dan untuk
sampel ketiga beban dinaikkan menjadi 30 kg.
2.3.5
Contoh Perhitungan
Dik : d = 6,3 cm
t
= 2,2 cm
Angka Kalibrasi Alat = 0,145 kg/Div
Ø Beban geser (p) = bacaan dial horizontal x
angka kalibrasi
= 31 x
0.145 = 4 kg
Ø Tegangan Geser ( Ʈ ) =
=
= 0,260 Kg/Cm2
2.4 Pengujian Triaxial
2.4.1 Tujuan Percobaan
1. Menentukan harga
kohesi tanah (c)
2. Menentukan
harga sudut geser dalam tanah (f)
dalam kondisi Undrained Unconsolidated.
2.4.2 Dasar
Teori
Keruntuhan tanah merupakan akibat gerak relatif antara butir-butir tanah
tersebut, bukan karena hancurnya butir-butir tersebut. Dengan demikian,
kekuatan geser c (Shear Failure) tanah dapat dianggap terdiri dari dua
komponen, yaitu :
Bagian yang bersifat kohesi dan tergantung pada macam tanah dan
kepadatannya.
Bagian yang mempunyai sifat gesekan (Frictional) yang sebanding dengan
tegangan efektif yang bekerja pada bidang gesernya.
Oleh karena
itu, kekuatan geser tanah dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
S = c + (s
- u ) tan f
dimana
:
S =
Kekuatan geser tanah (shear strength)
s = tegangan
total pada bidang geser
u = tegangan air pori (pore water
pressure)
c = kohesi efektif tanah
f = sudut
geser dalam efektif
Percobaan kekuatan geser dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :
1. Pemberian
tegangan normal.
2. Pemberian tegangan
geser sampai terjadi failure dimana saat itu
tercapai tegangan geser maksimum.
Pada percobaan triaxial, pengukuran kekuatan geser dilakukan dengan
memberikan tekanan vertikal pada sampel. Dari proving ring dapat diketahui
tekanan vertikal maksimum, yaitu pada waktu terjadi failure.
Bila M =
pembacaan pada proving ring yang maksimum, maka :
Gaya
vertikal = K x M
dimana : K = kalibrasi alat proving ring = 1,645
kg/div
Tegangan vertikal
dimana :
A = luas sampel pada saat pembacaan M
tercapai tegangan vertikal
s3 = tegangan sel
maka
dimana :
s1 -
s3 =
tegangan deviator
Untuk mengukur harga c dan fdigunakan lingkaran Mohr yaitu cara grafis untuk
menentukan tegangan-tegangan yang bekerja pada suatu badan. Dengan menggunakan kedua sampel didapat dua
buah lingkaran Mohr. Garis singgung dari
kedua lingkaran ini adalah garis kekuatan geser yang bersangkutan.
Keuntungan
dari Uji Triaxial
1.
Kondisi pengaliran dapat dikontrol
2.
Tekanan air pori dapat diukur
3.
Tanah dapat dijenuhkan / dikonsolidasi
2.4.3 Alat-Alat Yang Digunakan
1. Alat Triaxial
dengan perlengkapan-perlengkapan sebagai berikut :
-
Proving ring
-
Dial gauge
-
Pedestal
(landasan)
-
Batu pori
(porous stone)
-
Silinder perspek
-
Cop
2.
Rubber membran
dan kertas filter
3.
Compressor
4.
Pompa vakum
5.
Alat pengukur
tegangan air pori (pore water pressure aparatus)
6.
Alat pencetak tanah yang berbentuk silinder dengan
diameter 1.5", tinggi 3", dan volume 86,875 cm3
7.
Stop watch atau
alat pengukur waktu lainnya.
2.4.4
Langkah
Kerja
1. Ambil 3 buah sampel
dari tabung, cetak dengan alat pencetak sampel sehingga berbentuk silinder
dengan diameter 1.5 " dan tinggi 3 ".
2. Timbang
masing-masing sampel dan cari berat satuan volumenya (berat sampel/volume sampel
(= 86.875 cm3) )
3. Reservoir harus
penuh, tutup dahulu semua kran dan periksa semua sambungan ke pesawat ukur
tegangan air pori, bila pada tabung yang berisi air raksa terdapat
gelembung-gelembung udara maka hal tersebut harus dihindarkan (harus dikeluarkan),
karena akan mempengaruhi pengukuran tekanan air pori
4. Buka klep-klep
saluran yang menghubungkan alat triaxial dengan alat ukur teganganair
pori, kemudian pasang batu berpori (porous stone) pada alat triaxial
5. Buka klep buret
agar air dari buret masuk ke saluran menuju alat triaxial
6. Tutup klep buret
bila batu berpori sudah jenuh air
7. Pasang kertas
saring di atas batu berpori tersebut
8. Masukkan membran
karet ke dalam stetcher, kemudian jalankan pompa vakum sehingga membran karet
menempel pada dinding dalam stetcher
9. Masukan sampel
dalam stetcher dan membran diselubungkan
10. Letakkan silinder
kaca di atas sampel dan letakkan butir penekan yang akan meneruskan tekanan
sampel di atas silinder kaca tersebut
11. Pasang chamber,
kencangkan ketiga baut, buka klep pada bagian atas chamber
12. Isi chamber dengan
air hingga penuh, sampai tegangannya sama dengan nol, kemudian tutup klepnya
13. Biarkan tanah
berkonsolidasi dulu, dial gauge dan null indicator dinolkan dulu dengan
menyetel screw control sehingga tinggi air raksa pada buret tetap
14. Tutup kran pengukur
tekanan air pori
15. Jalankan pesawat
triaxial dengan menjalankan motor mesin sehingga sampel mendapatkan tegangan
vertikal dengan kecepatan penurunan sampai 2%
16. Lakukan pembacaan
dial gauge dan tegangan air pori tiap menit dan air raksa diatur agar tetap
pada posisinya sampai terjadi keruntuhan, yaitu dial gauge menunjukan angka
yang tetap
17. Matikan
mesin, null indikator dinolkan
18. Buka kran reservoir
air dengan membuka klep bagian atas chamber, air akan keluar dari chamber
19. Buka chamber,
kemudian keluarkan sampel tanah
20. Keluarkan
batu pori
21. Lakukan percobaan
pada ketiga sampel dan masing-masing sampel diberi s3 (tegangan sel) yang sudah ditentukan
2.4.5
Contoh
perhitungan
2.5
Pengujian Sand Cone
2.5.1
Tujuan
Pelaksanaan
a. Untuk
mendapatkan nilai kepadatan tanah dilapangan (γdlap), dan untuk
mengetahui nilai derajat kepadatan dilapangan (D)
b. Untuk
mengetahui prosedur pengujian kepadatan tanah dilapangan.
2.5.2
Dasar
Teori
Hampir semua
spesifikasi untuk pekerjaan tanah diharuskan untuk mencapai suatu kepadatan
tanah dilapangan yang berupa berat volume kering sebesar 90 % - 95 % berat
volume kering maksimum tanah tersebut. Untuk mencapai hubungan kadar air dan
berat volume dan untuk mengevaluasi tanah agar memenuhi persyaratan pemadatan,
perlu diadakan pengujian kepadatan.
Kerucut pasir (sandcone)
digunakan untuk mengetahui berat volume kering maksimum dilapangan. Bila kadar
organik melebihi 8 % - 10 %, maka berat volume kering maksimum pada kepadatan
akan menurun drastis. Sedangkan tanah dengan kadar organik lebih tinggi dari 10
% adalah tidak baik untuk pekerjaan pemadatan.
Penyelesaian secara
kualitatif mengenai deposit tanah berbutir sebagai berikut : Kepadatan 0 – 50 %
tanah sangat lepas, 15 % - 50 % tanah lepas, 50 % - 70 % tanah menengah, 70 % -
85 % tanah padat, dan 85 % - 100 % tanah sangat padat.
Kepadatan
suatu tanah dinyatakan dengan berat isi kering (γd) :
γps =
=
(gr/cm³)
Keterangan :
W1 = Berat silinder + Corong
(gr)
W2 = Berat silinder + Corong +
Air penuh (gr)
W3 = Berat pasir di silinder +
Corong (gr)
Volume
lubang, Ve =
= W10 =
(W6 - W7) - (W4 - W5)
Keterangan : W10 = Berat pasir dalam lubang (gr)
γps = Berat isi
pasir (gr/cm³)
W7 = Berat sisa pasir dalam silinder + Corong
(gr)
W6 = Berat pasir + silinder + Corong (gr)
W5 = Berat sisa pasir di silinder (gr)
W4 = Berat pasir secukupnya di silinder + Corong
(gr)
γ =
(gr/cm³)
Keterangan : γ=
Berat isi tanah (gr/cm³)
W8
= Berat tanah + Plastik (gr)
W9
= Berat plastik (gr)
Ve = Isi lubang (cm³)
Berat isi kering γd lap =
x100% (gram/cm³)
Keterangan : γd
lap = Berat isi tanah kering di lapangan (gram/cm³)
γ = Berat isi tanah (gram/cm³)
W
= Kadar air tanah (%)
Derajat kejenuhan (D) =
x 100%
Keterangan :
γd lap = Berat
isi tanah kering di lapangan (gram/cm³)
γdmaks=Berat
isi tanah kering maksimum di lapangan (gr/cm³)
2.5.3
Alat
Dan Bahan
Ø Alat
:
1. Botol
plastik transparan kapasitas 1 galon.
2. Corong
logam dengan diameter 16,5 cm.
3. Plat
dasar dengan ukuran 70,5 cm2 dengan lubang di tengah berdiameter
16,5 cm.
4. Timbangan
kapasitas 10 kg dengan ketelitian 1,0 gr.
5. Timbangan
digital dengan ketelitian 0,01 gr.
6. Sendok
tanah
7. Talam
8. Mistar
9. Cawan
10. Oven
Ø Bahan
:
1. Sampel
tanah galian
2. Aquades
(Air suling)
3. Pasir
Ottawa / Pasir bersih yang tidak mengandung bahan pengikat dan dapat mengalir
bebas
2.5.4
Langkah
Kerja
Di
Laboratorium :
1. Menentukan
volume corong logam dan botol transparan :
-
Menimbang berat
corong logam + botol transparan(W1)
-
Meletakkan
corong logam dengan lobang diatas dan membuka kerannya.
-
Botol diisi
dengan pasir otawa hingga pasir keluar dari keran.
-
Menutup keran
-
Menimbang corong
logam + botol transparan + pasir (W2)
2. Menentukan
berat isi pasir :
-
Meletakkan botol
transparan dan corong logam dengan lubang berada diatas.
-
Menutup keran
dan mengisi pasir ke dalam corong logam.
-
Membuka keran
dan menjaga supaya corong logam selalu terisi pasir minimal setengah corong,
pengisian pasir harus sampai botol transparan dan corong logam terisi penuh.
-
Menutup keran
dan membuang sisa pasir yang ada dalam corong logam.
-
Corong logam +
botol transparan + pasir ditimbang(W3)
3. Menentukan
jumlah pasir yang dibutuhkan untuk mengisi corong logam hingga penuh :
-
Meletakkan botol
transparan + corong logam diatas talam.
-
Mengisi botol
transparan dengan pasir, botol transparan + corong logam + pasir ditimbang.(W4)
-
Menutup keran
corong logam lalu membalik botol transparan diatas talam sehingga posisi corong
logam berada di bawah.
-
Membuka keran
pada corong logam dan membiarkan pasir mengisi corong logam hingga penuh dan
pasir kelihatan berhenti.
-
Menutup keran
dan botol transparan + corong logam + sisa pasir ditimbang (W5)
Dilapangan
:
1. Membersihkan
tanah tempat pengujian dan meratakan permukaan tanah.
2. Meletakkan
plat dasar dengan ukuran 70,5 cm dengan lubang ditengah berdiameter 16,5 cm
diatas permukaan tanah yang sudah rata dan memberi tanda pada lubang plat.
3. Menggali
tanah dan mengukur kedalaman galian tanah sedalam ± 8 cm dengan menggunakan
mistar. Meletakkan tanah hasil galian diatas talam.
4. Mengisi
pasir kedalam botol transparan yang diperkirakan mencukupi untuk mengisi lubang
sedalam ± 8 cm dan menyisakan pasir dalam botol transparan.
5. Menimbang
botol transparan + corong logam + pasir ditimbang(W6).
6. Menempatkan
kembali plat pada posisi semula.
7. Menutup
keran lalu mengembalikan botol transparan dan corong logam diatas plat yang
telah disiapkan.
8. Membuka
keran dan membiarkan pasir mengalir dalam lubang sampai berhenti kemudian
menutup kerannya.
9. Menimbang
botol transparan + corong logam + talam(W7).
10. Menimbang
tanah hasil galian + talam(W8).
11. Menimbang
tanah hasil galian (W9).
12. Mengambil
tanah galian secukupnya untuk memeriksa kadar airnya (W).
Menentukan
Kadar Air :
1. Menimbang
cawan kosong dalam keadaan bersih kemudian mencatat beratnya
2. Memasukkan
tanah hasil galian dalam cawan kosong secukupnya.
3. Menimbang
cawan + tanah basah menggunakan timbangan digital lalu mencatat beratnya
4.
Memasukkan tanah
+ cawan kedalam oven dengan suhu ± 1150 C sampai berat contoh tanah menjadi konstan (±
24 jam).
5.
Menimbang berat
cawan + tanah kering lalu mencatat beratnya.
2.5.5
Contoh
Perhitungan
Perhitungan
di laboratorium
Berat pasir = W2-
W1
= 3730 – 1955 = 1755 gr
Mengukur
berat pasir dalam corong:
Corong
+ tabung + pasir = 7660 gr
Corong
+ tabung + sisa pasir = 5785 gr
Berat
pasir dalam corong = 7660-5785
=1875 gr
DENAH
PENGUJIAN SANDCONE
2.6
Pengujian Sondir
2.6.1
Tujuan pelaksanaan
Pengujian sondir
bertujuan untuk mengetahui daya dukung tanah terhadap beban yang ada diatasnya
dan dapat meneruskan beban tersebut kepada tanah bawahnya sehingga tanah kuat
untuk menahannya, mengetahui daya dukung tanah sampai kedalaman lapisan tanah
keras. Pengujian ini bisa bermaanfaat dalam menentukan jenis pondasi yang
paling sesuai.
2.6.2
Dasar
Teori
Sebelum melakukan
pemancangan pada tanah tentunya sangat diperlukan berbagai pemeriksaan untuk
mengetahui karakteristik tanah. Salah satu pemeriksaan yang sangat penting
dilakukan adalah pemeriksaan sondir. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui kekuatan tanah (Strenght of Soil) yang dapat digunakan sebagai
pelengkap untuk memberikan gambaran kondisi tanah dasar.
Pengujian sondir
dilakukan untuk mengetahui perlawanan tanah terhadap tekanan konus dan hambatan
pelekatnya. Perlawanan penetrasi konus adalah gaya perlawanan tanah terhadap
ujung konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas. Hambatan pelekat adalah
gaya perlawanan geser terhadap selubung bidang konus yang dinyatakan dalam gaya
persatuan luas. Gesekan dan tekanan bikonus yang terjadi
di dalam tanah dihantarkan melalui Stang Sondir bagian dalam yang kemudian
dibaca pada manometer.
Pada pengujian ini,
jenis sondir yang digunakan adalah sondir ringan, dimana kapasitas manometer
pada alat sondir ringan adalah 0-60 kg/cm2 dan 0-300 kg/cm2.
Pada saat pengujian sondir
dilapangan, apabila pembacaan manometer menunjukkan nilai >
150 kg/cm², atau jika penekanan mesin
sondir sudah mencapai maksimalnya atau telah mencapai tanah keras, maka
pengujian sondir dapat dihentikan
karena alat sondir yang digunakan sudah terangkat.
Dari data yang
diperoleh pada pengujian sondir dilapangan, maka dibuatlah grafik perlawanan
konus dan jumlah hambatan pelekatnya. Dengan adanya grafik sondir, maka dapat
diketahui kedalaman tanah dan kondisinya untuk perencanaan pondasi.
Ø Keuntungan alat
sondir :
1. Dapat
menentukan tanah keras dan memperkirakan perbedaan lapisan
2. Dengan
rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk menghitung daya dukung tanah.
3. Cukup
baik untuk digunakan pada lapisan yang berbutir halus.
Ø Kekurangan alat
sondir :
1.
Jika terdapat
batuan keras, bisa memberikan indikasi lapisan keras yang salah.
2.
Tidak dapat
mengetahui jenis tanah secara langsung.
3.
Jika alat tidak
lurus maka konus tidak bekerja dengan baik maka hasil yang diperoleh bisa
meragukan.
Rumus-rumus yang
digunakan dalam perhitungan data pengujian sondir adalah sebagai berikut :
b. Hambatan
Lekat (HL)
|
HL
|
=
|
(JP-PK)
|
x
|
A
|
|
|
B
|
Dimana
:
JP =
Jumlah perlawanan konus dan Hambatan lekat (pembacaan kedua)
PK = Perlawanan Penetrasi Konus (pembacaan
pertama)
A = Interval Pembacaan 20 cm
B = Faktor Alat =
= 10 cm
c. Jumlah
Hambatan Lekat (JHL atau JHP)
|
JHLi =
|
Dimana :
i = Kedalaman Lapisan
Yang Ditinjau
2.6.3 Alat Dan Bahan
Ø Alat:
1. Mesin
sondir.
2. Satu
set batang sondir lengkap dengan stang dalam yang panjangnya 1 meter.
3. Satu
buah Bikonus dan satu buah paten konus,
4. kunci
inggris dan kunci inggris
5. Satu
set (2) buah angker.
6. Stang
angker
7. Plat
besi panjang 2 batang
8. Plat
besi pendek (berlubang) 2 batang
Ø Bahan :
1. Minyak
Hidrolik (Castrol Oli SAE 10)
2.6.4 Langkah Kerja
1. Menentukan
tempat dimana alat akan dipasang, yaitu pada permukaan tanah yang datar.
2. Memasang
empat buah angker ke dalam tanah dengan memutarnya menggunkan kunci pemutar
angker (kunci T). kemudian memasang 2 pelat persegi yng memanjang di saming
angker. Jarak antar angker dan jarak kedua pelat disesuaikan dengan ukuran
mesin sondir.
3. Memasang
mesin sondir tegak lurus dan perlengkapannya pada lokasi pengujian, yang
diperkuat dengan pelat besi pendek untuk menjepit mesin dan diperkuat dengan
mor pengunci angker yang dipasang ke dalam tanah.
4. Memasang
Traker,tekan stang dalam. Pada penekanan pertama ujung konus akan bergerak ke
bawah sedalam 4 cm, kemudian manometer dibaca yang menyatakan perlawanan ujung.
Pada penekanan berikutnya konus dan mantelnya bergerak4cm.Nilai pada manometer
yang terbaca adalah nilai tekanan ujung dan perlawanan lekat.
5. Menekan
stang luar sampai kedalaman baru, penekanan stang dilakukan sampai setiap
kedalaman tambahan sebanyak 20 cm.
6. Melakukan
hal yang sama dengan langkah kerja di atas sampai pembacaan manometer tiga kali
berturut-turut menunjukkan nilai ≥150 kg/cm2 dan jika penekanan mesin sondir
sudah mencapai maksimalnya atau dirasa telah mencapai tanah keras, maka
pengujian ini dapat dihentikan.
2.7
Pengujian DCP (Dinamic Cone Penetrometer)
2.7.1 Tujuan Pelaksanaan
Pengujian ini bertujuan
untuk mengetahui daya dukung tanah dinyatakan dalam nilai CBR dengan satuan %
(persen).
2.7.2 Dasar Teori
Dynamic Cone Penetrometer (DCP) Pengujian cara dinamis
ini dikembangkan oleh TRL (Transport and Road Research Laboratory), Crowthorne,
Inggris dan mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1985 / 1986. Pengujian
ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah
dasar, timbunan, dan atau suatu sistem perkerasan. Pengujian ini akan
memberikan data kekuatan tanah sampai kedalaman kurang lebih 70 cm di bawah
permukaan lapisan tanah yang ada atau permukaan tanah dasar. Pengujian ini
dilakukan dengan mencatat data masuknya konus yang tertentu dimensi dan
sudutnya, ke dalam tanah untuk setiap pukulan dari palu/hammer yang berat dan
tinggi jatuh tertentu pula.
Pengujian dengan alat
DCP ini pada dasarnya sama dengan Cone Penetrometer (CP) yaitu sama-sama
mencari nilai CBR dari suatu lapisan tanah langsung di lapangan. Hanya saja
pada alat CP dilengkapi dengan poving ring dan arloji pembacaan, sedangkan pada
DCP adalah melalui ukuran (satuan) dengan menggunakan mistar percobaan dengan
alat CP digunakan untuk mengetahui CBR tanah asli, sedangkan percobaan dengan
alat DCP ini hanya untuk mendapat kekuatan tanah timbunan pada pembuatan badan
jalan, alat ini dipakai pada pekerjaan tanah karena mudah dipindahkan ke semua
titik yang diperlukan tetapi letak lapisan yang diperiksa tidak sedalam
pemeriksaan tanah dengan alat sondir.
Pengujian dilaksanakan
dengan mencatat jumlah pukulan (blow) dan penetrasi dari konus (kerucut logam)
yang tertanam pada tanah/lapisan pondasi karena pengaruh penumbuk kemudian
dengan menggunakan grafik dan rumus, pembacaan penetrometer diubah menjadi
pembacaan yang setara dengan nilai CBR.
2.7.3 Peralatan
a.
Peralatan Utama
Alat DCP terdiri dari tiga bagian utama
yang satu sama
lain harus disambung sehingga cukup kuat/kaku, seperti terlihat pada gambar dibawah
ini.
Penetrometer
konusdinamis (DCP)
1. Bagian
atas
a.
Pemegang.
b.
Batang bagian
atas diameter 16 mm, tinggi jatuh setinggi 575 mm;
c.
Penumbuk
berbentuk silinder berlubang, berat 8 kg.
2. Bagian
tengah
a.
Landasan penahan
penumbuk terbuat dari baja;
b.
Cincin peredam
kejut;
c.
Pegangan untuk
pelindung mistar penunjuk kedalaman.
3. Bagian
bawah
a.
Batang bagian
bawah, panjang 90 cm, diameter 16 mm;
b.
Batang
penyambung, panjang antara 40 cm – 50 cm, diameter 16 mm
c.
Penggaris berskala, panjang 1
meter, terbuat dari plat baja;
d.
Konus terbuat
dari baja keras berbentuk kerucut dibagian ujung, diameter 20 mm, sudut 60o
atau 30o;
e.
Cincin penguat.
f.
Peralatan Bantu
Peralatan bantu
adalah cangkul, sekop, blincong, pahat, linggis, palu, core drill apabila
pengujian pada lapisan perkerasan beraspal, alat ukur panjang/pita ukur yang
bisa dikunci, kunci pas, formulir lapangan dan alat tulis.
2.7.4
Langkah
Kerja
Persiapan Alatdan Lokasi Pengujian
a. Persiapan
alat dan lokasi pengujian, sebagai berikut :
b. Sambungkan
seluruh bagian peralatan dan pastikan bahwa sambungan batang atas dengan
landasan serta batang bawah dan kerucut baja sudah tersambung dengan kokoh;
c. Tentukan
titik pengujian, catat Sta./Km., kupas dan ratakan permukaan yang akan diuji;
d. Buat
lubang uji pada bahan perkerasan yang beraspal, sehingga didapat lapisan tanah
dasar;
e. Ukur
ketebalan setiap bahan perkerasan yang ada dan dicatat.
2.7.5 Cara Pengujian
a. Letakkan
alat DCP pada titik uji di atas lapisan yang akan diuji;
b. Pegang
alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus diatas dasar yang rata dan
stabil, kemudian catat pembacaan awal pada mistar pengukur kedalaman;
c. Mencatat
jumlah tumbukan;
d. Angkat
penumbuk pada tangkai bagian atas dengan hati-hati sehingga menyentuh batas pegangan;
e. Lepaskan
penumbuk sehingga jatuh bebas dan tertahan pada landasan;
f. Lakukan
langkah-langkah pada 6.c).1) dan 6.c).2) diatas, catat jumlah tumbukan dan
kedalaman pada formulir DCP,
g. Hentikan
pengujian apabila kecepatan penetrasi kurang dari 1 mm / 3 tumbukan.
Selanjutnya lakukan pengeboran atau penggalian pada titik tersebut pada sampai
mencapai bagian yang dapat diuji kembali.
h. Pengujian
per titik, dilakukan minimum duplo (dua kali ) dengan jarak 20 cm dari titik
uji satu ketitik uji lainnya. Langkah-langkah setelah pengujian;
i.
Siapkan
peralatan agar dapat diangkat atau dicabut ke atas;
j.
Angkat penumbuk
dan pukulkan beberapa kali dengan arah keatas sehingga menyentuh pegangan dan
tangkai bawah terangkat keatas permukaan tanah;
k. Lepaskan
bagian-bagian yang tersambung secara hati-hati, bersihkan alat dari kotoran dan
simpan pada tempatnya;
2.7.6 Contoh Perhitungan
Selisih = Penetrsi 2 – Penetrasi 1
= 4.0 cm – 2 cm
= 2 cm = 20 mm
No comments:
Post a Comment