Tuesday, February 5, 2019

Contoh Laporan Perancah Lengkap


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pada masa sekarang ini bangunan-bangunan yang dibangun baik gedung, jembatan maupun bangunan lainnya, mayoritas komponen bangunannya terbuat dari beton. Beton merupakan struktur utama pada suatu bangunan yang terdiri dari campuran semen, air, pasir, dan agregat kasar,  yang berfungsi untuk menopang beban yang terjadi. Pada awalnya beton merupakan bahan yang elastis, tetapi setelah umur tertentu akan mengeras dan mempunyai kekuatan tertentu pula, sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Beton merupakan bahan bangunan  yang hanya dapat menahan gaya tarik namun tidak dapat menahan gaya tekan. Untuk menghasilkan bangunan yang maksimal, beton tersebut haruslah dapat menahan gaya tarik dan tekan. Dalam perwujudan hal tersebut, maka beton perlu ditambahkan tulangan agar dapat menahan gaya tekan, sehingga beton dapat berfungsi dengan maksimal. Dengan ditambahkannya tulangan beton tersebut dinamakan Beton Bertulang.
Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan diperlukan suatu alat bantu yang biasa dikenal dengan sebutan Acuan dan Perancah/Bekisting/ Form Work yang berupa cetakan, atau suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang berfungsi untuk mendapatkan suatu konstruksi beton yang diinginkan sesuai dengan porsinnya sebagai bangunan pembantu. Acuan Perancah bersifat sementara yang harus kuat   dan kokoh, namun mudah dibongkar agar tidak menimbulkan kerusakan pada beton.
Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti kehilangan material, perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup tentang acuan dan perancah.
1.2  Rumusan Masalah
Ø  Penyambungan papan yang tidak sesai.
Ø  Baketing tidak rata.


1.3  Tujuan Penulisan
Ø  Memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen dan juga instruktur
Ø  Mengetahui langkah-langkah pembuatan acuan dan perancah yang baik dan benar.
Ø  Dapat mempergunakan alat sesuai fungsinya.

1.4  Metode Penulisan
Ø  Metode kepustakaan, penulis memperoleh data dari buku, internet, dan berbagai referensi yang berkaitan dengan praktek kerja plumbing.
Ø  Metode observasi, penulis mengalami/terlibat secara langsung praktek kerja Perancah di lapangan


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Acuan dan Perancah
Acuan dan perancah adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara yang berupa mal / cetakan pada bagian kedua sisi atas dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki. Acuan berfungsi sebagai konstruksi yang diinginkan, Sedangkan Perancah berfungsi sebagai pembantu memperkuat bentuk konstruksi.
Acuan dan perancah itu sendiri memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1.      Memberikan bentuk kepada konstruksi beton
2.      Untuk mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan
3.      Menopang beton sebelum sampai kepada konstruksi yang cukup keras dan mampu memikul beban sendiri maupun beban luar
4.      Mencegah hilangnya air semen ( air pencampur ) pada saat pengecoran
5.      Sebagai isolasi panas pada beton.

2.2 Syarat–syarat Umum Acuan dan Perancah
1.      Kuat
Didalam pekerjaan ini beban-beban beton yang berada pada bekisting dan beban lain yang dipikul oleh bekisting itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu acuan perancah yang kuat untuk dapat memikul beban yang diterimanya.
Ø   Berat Sendiri (Beton)
Cetakan harus sanggup menahan berat beton yang di cetakan.
Ø   Berat Hidup
Cetakan harus sanggup menahan beban hidup, yaitu : baik orang yang sedang mengerjakan beton tersebut, Vibrator, dan adanya kemungkinan terjadinya suatu Gempa atau Retakan.
Pembebanan :
·         Beban mati (DL)
·         Akibat beton
·         Akibat acuan
·         Beban hidup (LL)

2.      Kaku
Kaku atau tidak bergerak sangat penting pada acuan dan perancah ini, karena apabila perancah tersebut tidak kaku atau dapat bergerak, maka hasil yang akan dicapai tidak maksimal karena bentuk yang ingin kita capai tidak sempurna.

3.      Mudah dibongkar
Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena acuan hanya bersifat sementara, dan  hal ini menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak merusak beton yang sudah jadi dan acuan perancahnya dapat digunakan berkali-kali.

4.      Ekonomis dan Efisien
Didalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan yang terlalu bagus, namun jangan pula bahan yang sudah tidak layak pakai. Karena kita harus membuat acuan dan perancah sehemat mungkin dengan tidak mengurangi mutu dari bekisting dan didalam pembongkarannya acuan dapat digunakan kembali sehingga menghemat biaya.

5.      Rapi
Rapi dalam penyusunan sehingga bisa enak dilihat dengan kasat mata dan mudah dalam penyusunan dan pembongkaran.

6.      Rapat
Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses pengecoran. Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka adukan yang kita pakai tadi akan keluar dan akan mengakibatkan mutu beton yang kurang bagus karena pasta semen keluar dari bekisting

7.      Bersih
Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih apabila cetakan tidak bersih, maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton dan apabila kotoran tidak naik maka kotoran tersebut akan melekat pada bagian bawah beton sehingga sulit untuk dibersihkan..

2.3  Kerugian–kerugian Jika Acuan dan Perancah Kurang Baik
1.      Perubahan geometric
Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai dengan rencana, misalkan : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak siku, akibatnya akan mengadakan perbaikan lagi atau misalkan perlu ditambahkan pekerjaan finishing lagi.

2.      Penurunan mutu beton
Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan mengakibatkan air yang diikuti semen tadi keluar sehingga mutu / kekuatan beton menjadi berkurang.

3.      Terjadinya perubahan dimensi
Terjadinya perubahan ukuran dari dimensi yang kita rencanakan akibatnya jika terjadi perubahan ini maka akan memperbesar dan memperkecil volumenya. Sedangkan untuk melakukan perbaikan akan membutuhkan waktu dan biaya lagi, hal ini akan menghambat pekerjaan yang lainnya.
              
2.4   Bagian–bagian Acuan dan Perancah
A)    Bagian pada acuan
1.      Papan Cetakan
Dapat digunakan papan sebagai dinding acuan. Apabila digunakan papan maka penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar ataupun memanjang, perlu diiperhatikan dalam penyanbungan papan harus benar-benar rapat agar tidak ada air yang keluar.

2.      Klam Perangkai
Klam merupakan unsur acuan dan perancah yang mempunyai dua fungsi :
a.       Sebagai bahan penyambung papan acuan pada arah memanjang maupun melebar
b.      Sebagai bahan pengaku acuan pada arah melebar.
klam dapat terbuat dari papan seperti papan acuan, namun perlu dipotong potong sesuai ukuran yang dikehendaki atau cukup menggunakan papan sisa yang masih cukup panjang dengan lebar papan yang disambung.

B)    Bagian pada perancah
1.      Tiang acuan/Tiang Penyangga
Tiang acuan biasanya digunakan kasau, kayu gelam, ataupun berbahan besi. Umumnya jumlah tiang kolom 4 buah dan diletakkan diluar sudut kolom.
Perletakan tiang pada tanah biasanya diletakkan diatas papan atau juga ditanam pada tanah. Apabila tiang langsung berhubungan dengan tanah sebaiknya ditanam sedalam 20 cm untuk menjaga agar konstruksi tidak bergeser. dari ketinggian kedudukan acuan.
Jarak pemasangan tiang penyangga tergantung dari :
1.      Beban yang ditopang
2.      Ukuran balok
3.      Ukuran penampang maupun panjang tiang penyangga itu sendiri
4.      Skur/pengaku.
Dalam Acuan dan Perancah II terdapat 2 macam tiang yang digunakan,
yaitu:
1)      Tiang tunggal (pipe support/steel proof).
2)      Tiang rangka (scaffolding).

2.      Gelagar
Gelagar berfungsi sebagai penopang langsung dari acuan yang ada serta dapat berfungsi untuk mengatur elevasi yang diinginkan dari acuan. Gelagar  terbuat dari bahan kayu berukuran balok maupun papan. Penggunaan bahan gelagar dari kayu berukuran balok maupun berukuran papan tergantung dari perencanaan pemakaian bahan, tetapi yang pasti gelagar yang berpenampang 8 x 12 cm akan digunakan untuk menopang beban yang lebih berat jika dibandingkan balok kasau berukuran 4  x 6 cm maupun papan 2 x 20 cm.
Gelagar dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan. Pemasangan ini dimulai dari gelagar-gelagar bagian tepi, dan kemudian gelagar bagian tengah. Gelagar bagian tepi dianggap sebagai papan duga terhadap gelagar bagian tengah
Jarak pemasangan gelagar tergantung dari ;        
1.      Ukuran penampang bahan gelagar
2.       Beban yang dipikul
3.       Ketebalan papan acuan.


3.      Skur
Skur merupakan bagian dari acuan perancah yang berfungsi untuk memperkokoh atau memperkaku dari sistem acuan perancah yang ada. Agar didapat suatu sistem acuan perancah yang memenuhi persyaratan kekakuan,  maka skur dipasang pada dua posisi :
a)  Skur horizontal merupakan skur yang mempunyai fungsi untuk mempersatukan tiang penyangga yang ada, sehingga tiang-tiang tersebut akan bekerja bersamaan pada saat mendapatkan gaya
b)  Skur diagonal merupakan skur yang dipasang miring pada arah vertikal, yang mempunyai fungsi utama untuk melawan gaya-gaya horizontal ( goyangan ) yang timbul pada tiang penyangga.
Skur horizontal saja tidak mampu mengatasi gaya. Skur diagonal saja tidak mampu menerima gaya karena tidak ada persatuan antar tiang penyangga dan  yang bisa terjadi tiang akan melendut. Kombinasi antara skur horizontal dan diagonal akan mempunyai kemampuan menopang gaya, karena terjadi kekompakan tiang dan skur.

4.      Landasan
Landasan merupakan untuk tiang penyangga agar tidak bergerak-gerak. Landasan yang digunakan biasanya berupa  balok kayu, baja atau beton. Landasan berfungsi  sebagai:
1)      Sebagai bahan (alat) untuk memperluas bidang tekan pada setiap ujung -ujung tiang penyangga
2)      Sebagai bahan atau alat untuk menyangga tergesernya ujung-ujung tiang akibat adanya gaya-gaya horizontal
3)      Sebagai bahan atau alat untuk memudahkan pemasangan tiang -tiang apabila tiang-tiang tersebut harus dipasang pada tempa- tempat bergelombang.

5.      Penyokong
Setelah papan landasan siap, maka tiang-tiang yang sudah dipotong diletakkan diatas papan tersebut dan dipasangkan penyokong agar tiang–tiang tersebut dapat berdiri dengan tegak dan kokoh.



BAB III
PEMBAHASAN HASIL PRAKTEK

3.1 PEMASANGAN BOUWPLANK
A.    Tujuan
Tujuan pemasangan bowplank adalah untuk menentukan titik perletakan pondasi, kelurusan pondasi dan galian pondasi, serta untuk menentukan sudut bangunan agar tidak terjadi kemiringan pada saat pengerjaan.

B.     Dasar Teori
Bowplank adalah patok kayu sementara yang dibuat untuk meletakkan titik-titik as bangunan (dengan menggunakan paku) sesuai dengan gambar denah bangunan yang ada. Pada bowplank ini nanti kita akan meletakkan paku untuk menarik benang agar tercipta garis yang lurus dan selanjutnya bisa membuat sudut siku 90o dengan tepat. Benang ini nantinya yang menjadi pedoman untuk pekerjaan pondasi, kolom, dan pemasangan batu bata.
Pada bowplank ini juga dapa dibuat ukuran tinggi lantai rumah (elevasi rumah) dari permukaan jalan, yaitu dengan cara mengatur ketinggian bowplank itu sendiri dari permukaan jalan raya.
Adapun syarat-syarat memasang bowplank yang baik adalah:
1.      Kedudukan patok harus kuat dan tidak mudah goyang
2.      Berjarak cukup dari rencana galian, diusahan bowplank tidak goyang pada saat pelaksanaan galian pondasi.
3.      Terdapat titik atau dibuat tanda, yaitu menggunakan paku dan cat sebagai tanda
4.      Sisi atau bowplank harus terletak satu bidang rata horizontal dengan papan bowplank lainnya
5.      Letak kedudukan bowplank harus seragam (menghadap kedalam bangunan)
6.      Garis benang bowplank merupakan as (garis tengah) daripada pondasi dan dinding batubata.
·         Membuat sudut siku cara segitiga ( Tukang bangunan )
Pembuatan dengan cara ini merupakan penerapan dari salah satu rumus segitiga yang apabila diterapkan pada pelaksanaan bangunan akan menghasilkan sudut siku 90 derajat. peralatan yang digunakan adalah benang ukur, patok atau paku, serta meteran. intinya adalah membuat sebuah segitiga yang ketiga sisinya mempunyai perbandingan panjang 3 : 4 : 5 , misalnya bisa menggunakan ukuran 3 m : 4 m : 5 m seperti yang terlihat pada gambar segitiga siku-siku ini.


 







Ukuran yang digunakan dalam pembuatan sudut siku bangunan ini dapat bervariasi sesuai perbandingan 3:4:5 contohnya jika 3 dipakai 60 cm maka 4 adalah 80 cm dan 5 menjadi 100 cm sehingga dapat digunakan ukuran 60 cm : 80 cm : 100 cm, demikian sebuah contoh cara menentukan kesikuan bangunan.

C.    Alat
·         Palu
·         Meter
·         Waterpas
·         Selang
·         Pensil
·         Gergaji
·         Siku-siku


D.     Bahan
·         Kayu 5/7
·         Paku
·         Benang

E.     Langkah Kerja
1.      Pakailah pakaian lengkap bengkel
2.      Pakailah sarung tangan bangunan agar tangan tidak terluka.
3.      Pakailah helm bangunan untuk melindungi kepala.
4.      Gunakan sepatu Sefty untuk melindungi kaki agar tidak terkena batu.
5.      Jagalah alat-alat dan perlengkapan lainnya teratur dengan rapi.
6.      Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan perhatian pada pekerjaan.
7.      Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindari bekerja sambil bergurau.

F.     Langkah Kerja
·         Siapkan alat dan bahan
·         Lakukan pembersihan area kerja
·         Potong kayu 5/7 untuk patok sesuai yang dibutuhkan
·         Tancapkan patokbalok 5/7 yang telah dipotong dengan ukuran tertentu sebanyak 16 buah balok
·         Berilah tanda pada salah satu patok sesuai dengan ukuran tinggi yang ditentukan.
·         Letakan selang air dipatok pertama yang sudah diberi tanda lalu pada salah satu unjung selang diletakan pada patok kedua
·         Cari kerataan sesuai batas air diselang
·         Beri tanda dengan pensil
·         Kemudian lakukan lagi patok-patok selanjutnya hingga selesai
·         Pasangkanbalokkayu 5/7sifatdatar dipatok yang sudah diberi tanda,kemudian paku lalu lakukan pada patok-patok selanjutnya hingga selesai
·         Ukur di balok sifat datar, lebar sesuai ditentukan diberi tanda dengan pensil lalu tancapkan paku kemudian di bagi dua untuk mendapatkan AS lalu tancapkan paku lalu lakukan hal yang sama pada patok-patok selanjutnya hingga selesai
·         Tarik benang dari patok satu ke patok yang lain hingga selesai kemudian siku benang hingga selesai



3.2  PEMBUATAN ACUAN DAN PERANCAH DINDING
A.    Tujuan
Tujuan pemasangan bekisting dinding adalah untuk mengetahui cara pemasangan dan bahan triplek ukuran berapa yang digunakan dalam pemasangan bekisting dinding ini.

B.     Dasar Teori
Pemasangan bekisting dinding ini / mal haruslah memenuhi beberapa syarat dibawah ini, antara lain :
      1.      Pemasangan bekistingnya tidak bocor/ berlubang
      2.      Untuk beton yang permukaan arkistis, bekistingnya haruslah mempunyai struktur seperti yang dinginkan yaitu seperti permukaannya harus licin
      3.      Kekuatan bekisting haruslah diperhatikan kekokohannya
      4.      Ukuran / dimensi bekistingnya haruslah sesuai dengan ukuran yang direncanakan sebelumnya
      5.      Kebersihan bekisting haruslah diperiksa sebelum penuangan campuran beton kedalamnya.

C.    Peralatan
Peralatan yang digunakan :
                  1.      Siku
                  2.      Meteran 5 meter
                  3.      Benang
                  4.      Pensil
                  5.      Gergaji
                  6.      Klam
                  7.      Palu besi
                  8.      Unting – unting
                  9.      Palu kayu


D.    Bahan
Bahan yang digunakan :
                  1.      Multiplek
                  2.      Balok kayu ukuran 10 x 10 cm
                  3.      Pipa PVC 3 / 8”
                  4.      Lat kayu
                  5.      Paku

E.     Keselamatan Kerja
            1.      Pakailah pakaian lengkap bengkel
            2.      Pakailah sarung tangan bangunan agar tangan tidak terluka.
            3.      Pakailah helm bangunan untuk melindungi kepala.
            4.      Gunakan sepatu Sefty untuk melindungi kaki agar tidak terkena batu.
            5.      Jagalah alat-alat dan perlengkapan lainnya teratur dengan rapi.
            6.      Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan perhatian pada pekerjaan.
            7.      Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindari bekerja sambil bergurau.

F.     Langkah Kerja
      1.      Siapkan peralatan dan bahan yang digunakan.
      2.      Garislah perletakan multiplek pada lantai dengan berbentuk leter L dan cek kesikuan garis tersebut dengan menggunakan siku.
      3.      Kemudian pakukan lat kayu pada pinggiran multiplek dan diberikan spasi antara lat kayu satu dengan lat kayu lainnya.
      4.      Letakkan multiplek diatas garis yang sudah digaris tadi dan letakkan balok kayu yang berhimpitan dengan multiplek untuk penyangganya.
      5.      Sebelum pemasangan klam, perhatikan balok kayu harus benar - benar tegak, dan cek kesikuan multiplek pada bagian sudut dinding.
      6.      Pasangkan  klam disamping kiri dan kanan balok kayu sampai erat, sehingga mal tersebut tidak goyang.
      7.      Lakukan langkah 3, 4, 5 dan 6 pada pemasangan selanjutnya.
      8.      Pasang unting - unting pada bagian atas multiplek untuk mengetahui kelurusan multiplek / mal.



3.3  PEMBUATAN ACUAN DAN PERANCAH KOLOM
A.    Tujuan
        Dapat mengetahui cara pembuatan acuan dan perancah kolom dengan baik dan benar pada suatu perencanaan.

B.     Dasar Teori
Kolom adalah tiang yang menahan suatu konstruksi bangunan.Kolom merupakan bagian terpenting dalam suatu konstruksi,sehingga kita harus teliti dalam merencanakan suatu kolom yang baik,tegak lurus dan kuat serta memiliki mutu yang baik.
Rapid Clamp adalah : Suatu alat yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menjepit atau membuat kaku suatu cetakan dengan menjepit baja tulangan sebagai penjepitnya.
Kolom yang dibuat  dengan pengakuan Rapid Clamp sangat kuat , akan tetapi Cetakan Kolom yang menggunakan Rapid Clamp relatif susah dalam pemasangannya dan berbahaya, karenanya kita harus dapat memahami cara atau teknik pemasangan Kolom dengan Rapid Clamp.

C.    Alat
·         Palu
·         Meter
·         Pensil
·         Gergaji
·         Siku-siku
·         Unting-unting

D.    Bahan
·         Kayu 5/7
·         Paku 5
·         Paku 7
·         papan
E.     Keselamatan Kerja
1.      Pakailah pakaian lengkap bengkel
2.      Pakailah sarung tangan bangunan agar tangan tidak terluka.
3.      Pakailah helm bangunan untuk melindungi kepala.
4.      Gunakan sepatu Sefty untuk melindungi kaki agar tidak terkena batu.
5.      Jagalah alat-alat dan perlengkapan lainnya teratur dengan rapi.
6.      Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan perhatian pada pekerjaan.
7.      Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindari bekerja sambil bergurau.

F.     LangkahKerja
·         Siapkan alat dan bahan.
·         Potong papan 4 lembar sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan
·         Potong balok 5/7sesuai dengan yang dibutuhkan
·         Paku papan degan balok yang sudah dibagi jaraknya hingga selesai
·         Paku papan A dengan papan B kemudian siku lakukan hal yang sama hingga selesai dan berbentuk kotak sesuai dengan ukuran yang ditentukan
·         Setel bekiting kolom munggunakan unting-unting hingga sampai tegak lurus kemudian diberi skor balok 5/7 di kedua sisi bekiting kolom lakukan hal yang sama pada bekisting kolom selanjutnya hingga selesai


3.4   PEMBUATAN ACUAN DAN PERANCAH BALOK
A.    Tujuan
Dapat mengetahui urutan pembuatan acuan dan perancah balok dengan baik dan benar pada suatu perencanaan.

B.     Alat
·         Palu
·         Martil
·         Meter
·         Selang
·         Pensil
·         Gergaji
·         Siku-siku

C. Bahan
·         Kayu 5/7
·         Paku 5
·         Paku 7
·         Papan

D. LangkahKerja
·         Siapkan alat dan bahan
·         Potong papan 4 lembar sesuai dengan ukuran yang ditentukan
·         Potong balok 5/7sesuai dengan yang dibutuhkan
·         Paku papan degan balok yang sudah dibagi jaraknya hingga selesai
·         Paku papan A dengan papan B kemudian siku lakukan hal yang sama hingga selesai dan berbentuk U sesuai dengan ukuran yang ditentukan
·         Paku di keempat bekisting kolom lalu tarik benang
·         Setelbekisting balok lalu dipaku lalu lakukan hal yang sama pada bekisting balok selanjutnya hingga selesai
·         Potong kayu 5/7 untuk skor sesuai dengan ketinggian bakesting balok lalu potong lagi kayu 5/7 untuk lebar bakesting balok
·         Paku kayu 5/7 hingga berbentuk T sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan lalu skor dibawah bakesting balok  sesuai sesuai jarak antara skor yang ditentukan dan sesuai keratan benang lakukan hingga selesai

3.5  PEMBUATAN ACUAN DAN PERANCAH LANTAI
A.    Tujuan
        Dapat mengetahui urutan pembuatan acuan dan perancah lantai dengan baik dan benar pada suatu perencanaan.

B.      Alat
·         Palu
·         Meter
·         Pensil
·         Gergaji
·         Siku-siku

C.    Bahan
·         Kayu 5/7
·         Paku 5
·         Paku 7
·         Papan

D.    LangkahKerja
·         Siapkanalatdanbahan
·         Potong kayu 5/7 untuk gelagar sesuai dengan ukuran
·         Paku kayu gelagar antara bekisting balok dengan jarak yang sudah ditentukan
·         Potong kayu 5/7 untuk skor lalu paku hingga berbentuk T  sesuai dengan jumlah yang di butuhkan
·         Kayu skor dipaku di gelar dengan jarak yang sudah ditentukan hingga selesai
·         Potong papan sesuai dengan ukuran dan jumlah yang di butuhkan lalu dipaku papan di atas gelar hingga selesai

3.6 PEMBUATAN ACUAN DAN PERANCAH TANGGA
E.     Tujuan
        Dapat mengetahui urutan pembuatan acuan dan perancah tangga dengan baik dan benar pada suatu perencanaan.

F.     Dasar Teori
Pada  dasar  teori  tangga  hampir  sama  dengan  dasar  teori  pelat  lantai,  karena harus sama – sama memperhitungkan kekuatan dan daya lentur momennya serta tegangan tumpuan dari tangga bagian bawah ( dasar tangga / ujung bawah tangga ). Ketebalann tangga juga ditetapkan dan distandarkan adalah berkisar antara 10 cm – 15 cm tetapi kebiasaan yang diterapkan adalah 12 cm. Ditetapkan sedemikian rupa untuk mengingat gaya dan momen yang diterima oleh tumpuan tangga. Seandainya lantai tangga agak terlalu tebal tentu saja tumpuan tangga dari berat sendiri belum lagi ditambah beban tambahan ( beban hidup dan benda lain yang berada diatasnya ).
Dalam pembuatan perencanaan tangga harus diperhatikan untuk mengetahui dan mengerti akan bentuk tangga yang ada kesetimbangan dan keserasian untuk menjaga kestabilan dan keindahan untuk bentuk tangga tersebut.
Adapun bagian – bagian dari tangga adalah sebagai berikut :
1.      Pondasi Tangga
Pondasi tangga adalah sebagai dasar tumpuan agar tangga tidak mengalami penurunan dan pergeseran kearah mendatar.
2.      Anak tangga ( Trede )
Anak tangga adalah konstruksi yang berfungsi untuk berpijak atau melangkah pada arah orizontal atau vertikal.
3.      Ibu Tangga ( Boom )
Ibu tangga merupakan bagian yang berfungsi untuk mendukung anak tangga.
4.      Bordes
Bordes adalah suatu antrede yang mempunyai lebar minimum sama dengan lebar tangga ( Antrede yang terpanjang ). Fungsinya adalah :
a.       Sebagai tempat istirahat / berhenti sementara
b.      Sebagai daerah belokan / putar
5.   Pegangan Tangga
a.    Ditinjau dari segi bahan yang digunakan
·         Tangga kayu
·         Tangga besi / baja
·         Tangga beton
b.   Ditinjau dari segi bentuknya
·         Tangga yang berbentuk lurus
·         Tangga dengan belokan 90o
·         Tangga dengan belokan 180o
·         Tangga dengan belokan 270o
·         Tangga dengan belokan 360o
·         Tangga lengkung

Adapun hal – hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan tangga :
1.      Penempatan tangga diletakkan sedemikian rupa sehingga mudah ditemukan
2.      Ruangan untu tangga dibatasi sekecil kecilnya atau sesuai syarat yang ditentukan
3.      Tempat tangga harus mendapatkan sinar matahari yang cukup pada siang hari.
4.      Bentuk dibuat sederhana dan konstruksi yang mudah.

Perencanaan tangga dibutuhkan data – data antara lain :
o   Jenis material tangga ( kayu, baja dan beton )
o   Bentuk tangga
o   Ukuran Antredre dan optrede
o   Rumus umum untuk mengetahui dari optrede dan antrede 2 Optrede + Antrede = berkisar antara ( 60 cm – 70 cm ) Optrede x Antrede = berkisar antara ( 400 cm – 450 cm ) Jika Optrede = n maka An = n – 1

Dalam praktek ini ukuran tangga adalah sebagai berikut :
a.       Tinggi lantai adalah 283 cm
b.      Jika iambil lebar Antrede 20 cm dan tangga dibuat dengan belokan 90o dengan tinggi bordes 140 dari lantai dasar
c.       Maka Optrede 140 cm / 20 cm = 7 anak tangga s.d. bordes
d.      2*Op + An = berkisar antara ( 60 cm – 70 cm ) 2*20 cm + An = 68 cm
40 m + An = 68 cm Antrede = 68 cm – 40 cm Antrede = 28 cm
e.       Lebar tangga = 6 x 28 cm
Lebar tangga = 168 cm
f.       Lebar bordes = 100 cm

G.    Alat
·         Palu
·         Meter
·         Pensil
·         Gergaji
·         Siku-siku

H.    Bahan
·         Kayu 5/7
·         Paku 5
·         Paku 7
·         Papan

I.       LangkahKerja
1.      Siapkan alat dan bahan
2.      Potong kayu 5/7  dan papan sesuai dengan ukuran kemudian paku papan dengan kayu 5/7 untuk buat alas plat tangga lalu dipaku di bakisting balok sesuai dengan kemiringan yang ditentukan dan diberi skor
3.      Paku papan di sisi kiri dan kanan lalu potong papan lagi untuk lebar anak tangga sesuai juamlah anak tangga lalu dipaku lalu dipaku higga selesai


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
·         Dalam teknik sipil pembuatan acuan dan perancah sangatlah penting, oleh sebab itu patutlah kita mengetahui cara pemasangan acuan dan perancah yang benar agar kita dapat menguasai teknik pembuatan (pemasangan acuan dan perancah), guna kepentingan proses pengawasan kerja di lapangan.

4.2 Saran
Adapun saran penulis adalah sebagai berikut:
·      Gunakanlah perlengkapan keselamatan kerja agar tidak terjadi cedera ataupun kecelakaan pada saat pembuatan acuan dan perancah.

 

DAFTAR PUSTAKA

Lembar job praktek acuan dan perancah




No comments:

Proposal Pembangunan Laboratorium SMP yang Benar

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Guna mendukung tercapainya Standar Pendidikan Nasional serta terwujudnya Program Wajar ...