BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada masa sekarang ini bangunan-bangunan yang dibangun baik
gedung, jembatan maupun bangunan lainnya, mayoritas komponen bangunannya
terbuat dari beton. Beton merupakan struktur utama pada suatu bangunan yang
terdiri dari campuran semen, air, pasir, dan agregat kasar, yang
berfungsi untuk menopang beban yang terjadi. Pada awalnya beton merupakan bahan
yang elastis, tetapi setelah umur tertentu akan mengeras dan mempunyai kekuatan
tertentu pula, sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Beton merupakan bahan bangunan yang hanya dapat
menahan gaya tarik namun tidak dapat menahan gaya tekan. Untuk menghasilkan
bangunan yang maksimal, beton tersebut haruslah dapat menahan gaya tarik dan
tekan. Dalam perwujudan hal tersebut, maka beton perlu ditambahkan tulangan
agar dapat menahan gaya tekan, sehingga beton dapat berfungsi dengan maksimal.
Dengan ditambahkannya tulangan beton tersebut dinamakan Beton Bertulang.
Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan
diperlukan suatu alat bantu yang biasa dikenal dengan sebutan Acuan dan Perancah/Bekisting/ Form Work
yang berupa cetakan, atau suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang
berfungsi untuk mendapatkan suatu konstruksi beton yang diinginkan sesuai
dengan porsinnya sebagai bangunan pembantu. Acuan Perancah bersifat sementara
yang harus kuat dan kokoh, namun mudah dibongkar agar tidak
menimbulkan kerusakan pada beton.
Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat
mempengaruhi hasil akhir dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang
baik dapat menimbulkan kerugian seperti kehilangan material, perubahan dimensi
beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan
pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut harus mempunyai
keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup tentang acuan
dan perancah.
1.2
Rumusan Masalah
Ø Penyambungan papan yang tidak sesai.
Ø Baketing tidak rata.
1.3 Tujuan Penulisan
Ø Memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen dan juga instruktur
Ø Mengetahui langkah-langkah pembuatan acuan dan perancah yang
baik dan benar.
Ø Dapat mempergunakan alat sesuai
fungsinya.
1.4 Metode Penulisan
Ø Metode
kepustakaan, penulis memperoleh data dari buku, internet, dan berbagai
referensi yang berkaitan dengan praktek kerja plumbing.
Ø Metode
observasi, penulis mengalami/terlibat secara langsung praktek kerja Perancah
di lapangan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Acuan dan Perancah
Acuan dan perancah adalah
suatu konstruksi yang bersifat sementara yang berupa mal / cetakan pada bagian
kedua sisi atas dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki. Acuan berfungsi sebagai konstruksi yang diinginkan,
Sedangkan Perancah berfungsi sebagai pembantu memperkuat bentuk
konstruksi.
Acuan
dan perancah itu sendiri memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Memberikan
bentuk kepada konstruksi beton
2. Untuk
mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan
3. Menopang
beton sebelum sampai kepada konstruksi yang cukup keras dan mampu memikul beban
sendiri maupun beban luar
4. Mencegah
hilangnya air semen ( air pencampur ) pada saat pengecoran
5. Sebagai
isolasi panas pada beton.
2.2
Syarat–syarat Umum Acuan dan Perancah
1. Kuat
Didalam pekerjaan ini beban-beban beton yang berada pada
bekisting dan beban lain yang dipikul oleh bekisting itu sendiri. Oleh karena
itu, diperlukan suatu acuan perancah yang kuat untuk dapat memikul beban yang
diterimanya.
Ø
Berat Sendiri (Beton)
Cetakan harus sanggup menahan berat beton yang di cetakan.
Ø
Berat Hidup
Cetakan
harus sanggup menahan beban hidup, yaitu : baik orang yang sedang mengerjakan
beton tersebut, Vibrator, dan adanya kemungkinan terjadinya suatu Gempa atau Retakan.
Pembebanan :
·
Beban mati (DL)
·
Akibat beton
·
Akibat acuan
·
Beban hidup (LL)
2. Kaku
Kaku atau tidak bergerak sangat penting pada acuan dan
perancah ini, karena apabila perancah tersebut tidak kaku atau dapat bergerak,
maka hasil yang akan dicapai tidak maksimal karena bentuk yang ingin kita capai
tidak sempurna.
3. Mudah
dibongkar
Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena acuan hanya
bersifat sementara, dan hal ini menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak
merusak beton yang sudah jadi dan acuan perancahnya dapat digunakan
berkali-kali.
4. Ekonomis
dan Efisien
Didalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan yang
terlalu bagus, namun jangan pula bahan yang sudah tidak layak pakai. Karena
kita harus membuat acuan dan perancah sehemat mungkin dengan tidak mengurangi
mutu dari bekisting dan didalam pembongkarannya acuan dapat digunakan kembali
sehingga menghemat biaya.
5. Rapi
Rapi dalam penyusunan sehingga bisa enak dilihat dengan
kasat mata dan mudah dalam penyusunan dan pembongkaran.
6. Rapat
Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses
pengecoran. Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka adukan
yang kita pakai tadi akan keluar dan akan mengakibatkan mutu beton yang kurang
bagus karena pasta semen keluar dari bekisting
7. Bersih
Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih
apabila cetakan tidak bersih, maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin akan
naik dan masuk ke dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton dan
apabila kotoran tidak naik maka kotoran tersebut akan melekat pada bagian bawah
beton sehingga sulit untuk dibersihkan..
2.3 Kerugian–kerugian Jika Acuan dan Perancah
Kurang Baik
1. Perubahan
geometric
Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak
sesuai dengan rencana, misalkan : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak
siku, akibatnya akan mengadakan perbaikan lagi atau misalkan perlu ditambahkan
pekerjaan finishing lagi.
2. Penurunan
mutu beton
Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan
mengakibatkan air yang diikuti semen tadi keluar sehingga mutu / kekuatan beton
menjadi berkurang.
3. Terjadinya
perubahan dimensi
Terjadinya perubahan ukuran dari dimensi yang kita
rencanakan akibatnya jika terjadi perubahan ini maka akan memperbesar dan
memperkecil volumenya. Sedangkan untuk melakukan perbaikan akan membutuhkan
waktu dan biaya lagi, hal ini akan menghambat pekerjaan yang lainnya.
2.4 Bagian–bagian Acuan dan Perancah
A) Bagian
pada acuan
1. Papan
Cetakan
Dapat digunakan papan sebagai
dinding acuan. Apabila digunakan papan maka penyambungan dapat dilakukan dalam
arah melebar ataupun memanjang, perlu diiperhatikan dalam penyanbungan papan
harus benar-benar rapat agar tidak ada air yang keluar.
2. Klam
Perangkai
Klam merupakan unsur acuan dan
perancah yang mempunyai dua fungsi :
a. Sebagai
bahan penyambung papan acuan pada arah memanjang maupun melebar
b. Sebagai
bahan pengaku acuan pada arah melebar.
klam dapat terbuat dari papan
seperti papan acuan, namun perlu dipotong potong sesuai ukuran yang dikehendaki
atau cukup menggunakan papan sisa yang masih cukup panjang dengan lebar papan
yang disambung.
B) Bagian
pada perancah
1. Tiang
acuan/Tiang Penyangga
Tiang
acuan biasanya digunakan kasau, kayu gelam, ataupun berbahan besi. Umumnya
jumlah tiang kolom 4 buah dan diletakkan diluar sudut kolom.
Perletakan
tiang pada tanah biasanya diletakkan diatas papan atau juga ditanam pada tanah.
Apabila tiang langsung berhubungan dengan tanah sebaiknya ditanam sedalam 20 cm
untuk menjaga agar konstruksi tidak bergeser. dari ketinggian kedudukan acuan.
Jarak pemasangan tiang penyangga
tergantung dari :
1.
Beban yang ditopang
2.
Ukuran balok
3.
Ukuran penampang maupun panjang tiang
penyangga itu sendiri
4.
Skur/pengaku.
Dalam
Acuan dan Perancah II terdapat 2 macam tiang yang digunakan,
yaitu:
1)
Tiang tunggal (pipe support/steel proof).
2)
Tiang rangka (scaffolding).
2. Gelagar
Gelagar
berfungsi sebagai penopang langsung dari acuan yang ada serta dapat berfungsi
untuk mengatur elevasi yang diinginkan dari acuan. Gelagar terbuat dari
bahan kayu berukuran balok maupun papan. Penggunaan bahan gelagar dari kayu
berukuran balok maupun berukuran papan tergantung dari perencanaan pemakaian
bahan, tetapi yang pasti gelagar yang berpenampang 8 x 12 cm akan digunakan
untuk menopang beban yang lebih berat jika dibandingkan balok kasau berukuran
4 x 6 cm maupun papan 2 x 20 cm.
Gelagar
dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan.
Pemasangan ini dimulai dari gelagar-gelagar bagian tepi, dan kemudian gelagar
bagian tengah. Gelagar bagian tepi dianggap sebagai papan duga terhadap gelagar
bagian tengah
Jarak pemasangan gelagar tergantung
dari ;
1.
Ukuran penampang bahan gelagar
2.
Beban yang dipikul
3.
Ketebalan papan acuan.
3. Skur
Skur merupakan bagian dari acuan
perancah yang berfungsi untuk memperkokoh atau memperkaku dari sistem acuan
perancah yang ada. Agar didapat suatu sistem acuan perancah yang memenuhi
persyaratan kekakuan, maka skur dipasang pada dua posisi :
a) Skur
horizontal merupakan skur yang mempunyai fungsi untuk mempersatukan tiang
penyangga yang ada, sehingga tiang-tiang tersebut akan bekerja bersamaan pada
saat mendapatkan gaya
b)
Skur diagonal merupakan skur yang dipasang miring pada arah vertikal, yang
mempunyai fungsi utama untuk melawan gaya-gaya horizontal ( goyangan ) yang
timbul pada tiang penyangga.
Skur
horizontal saja tidak mampu mengatasi gaya. Skur diagonal saja tidak mampu
menerima gaya karena tidak ada persatuan antar tiang penyangga dan yang
bisa terjadi tiang akan melendut. Kombinasi antara skur horizontal dan diagonal
akan mempunyai kemampuan menopang gaya, karena terjadi kekompakan tiang dan
skur.
4. Landasan
Landasan merupakan untuk tiang
penyangga agar tidak bergerak-gerak. Landasan yang digunakan biasanya berupa
balok kayu, baja atau beton. Landasan berfungsi sebagai:
1) Sebagai
bahan (alat) untuk memperluas bidang tekan pada setiap ujung -ujung tiang
penyangga
2) Sebagai
bahan atau alat untuk menyangga tergesernya ujung-ujung tiang akibat adanya
gaya-gaya horizontal
3) Sebagai
bahan atau alat untuk memudahkan pemasangan tiang -tiang apabila tiang-tiang
tersebut harus dipasang pada tempa- tempat bergelombang.
5. Penyokong
Setelah papan landasan siap, maka
tiang-tiang yang sudah dipotong diletakkan diatas papan tersebut dan
dipasangkan penyokong agar tiang–tiang tersebut dapat berdiri dengan tegak dan
kokoh.
BAB III
PEMBAHASAN HASIL PRAKTEK
3.1 PEMASANGAN BOUWPLANK
A.
Tujuan
Tujuan pemasangan
bowplank adalah untuk menentukan titik perletakan pondasi, kelurusan pondasi
dan galian pondasi, serta untuk menentukan sudut bangunan agar tidak terjadi
kemiringan pada saat pengerjaan.
B.
Dasar Teori
Bowplank
adalah patok kayu sementara yang dibuat untuk meletakkan titik-titik as
bangunan (dengan menggunakan paku) sesuai dengan gambar denah bangunan yang
ada. Pada bowplank ini nanti kita akan meletakkan paku untuk menarik benang
agar tercipta garis yang lurus dan selanjutnya bisa membuat sudut siku 90o
dengan tepat. Benang ini nantinya yang menjadi pedoman untuk pekerjaan pondasi,
kolom, dan pemasangan batu bata.
Pada
bowplank ini juga dapa dibuat ukuran tinggi lantai rumah (elevasi rumah) dari
permukaan jalan, yaitu dengan cara mengatur ketinggian bowplank itu sendiri
dari permukaan jalan raya.
Adapun
syarat-syarat memasang bowplank yang baik adalah:
1. Kedudukan patok harus kuat dan tidak mudah goyang
2. Berjarak cukup dari rencana galian, diusahan bowplank tidak goyang pada
saat pelaksanaan galian pondasi.
3. Terdapat titik atau dibuat tanda, yaitu menggunakan paku dan cat sebagai
tanda
4. Sisi atau bowplank harus terletak satu bidang rata horizontal dengan papan
bowplank lainnya
5. Letak kedudukan bowplank harus seragam (menghadap kedalam bangunan)
6. Garis benang bowplank merupakan as (garis tengah) daripada pondasi dan
dinding batubata.
·
Membuat sudut siku cara segitiga ( Tukang bangunan )
Pembuatan dengan cara ini merupakan penerapan dari salah
satu rumus segitiga yang apabila diterapkan pada pelaksanaan bangunan akan
menghasilkan sudut siku 90 derajat. peralatan yang digunakan adalah benang
ukur, patok atau paku, serta meteran. intinya adalah membuat sebuah segitiga
yang ketiga sisinya mempunyai perbandingan panjang 3 : 4 : 5 , misalnya bisa
menggunakan ukuran 3 m : 4 m : 5 m seperti yang terlihat pada gambar segitiga
siku-siku ini.
![]() |
Ukuran yang digunakan dalam pembuatan sudut siku bangunan
ini dapat bervariasi sesuai perbandingan 3:4:5 contohnya jika 3 dipakai 60 cm
maka 4 adalah 80 cm dan 5 menjadi 100 cm sehingga dapat digunakan ukuran 60 cm
: 80 cm : 100 cm, demikian sebuah contoh cara menentukan kesikuan bangunan.
C.
Alat
·
Palu
·
Meter
·
Waterpas
·
Selang
·
Pensil
·
Gergaji
·
Siku-siku
D.
Bahan
·
Kayu 5/7
·
Paku
·
Benang
E.
Langkah Kerja
1.
Pakailah pakaian
lengkap bengkel
2.
Pakailah sarung tangan
bangunan agar tangan tidak terluka.
3.
Pakailah helm bangunan untuk
melindungi kepala.
4.
Gunakan sepatu Sefty untuk melindungi kaki agar
tidak terkena batu.
5.
Jagalah alat-alat dan
perlengkapan lainnya teratur dengan rapi.
6.
Hati-hatilah dalam bekerja
dan konsentrasikan perhatian pada pekerjaan.
7.
Pergunakan alat sesuai
dengan fungsinya dan hindari bekerja sambil bergurau.
F.
Langkah Kerja
·
Siapkan alat dan bahan
·
Lakukan pembersihan area
kerja
·
Potong kayu
5/7 untuk patok sesuai yang dibutuhkan
·
Tancapkan
patokbalok 5/7 yang telah dipotong
dengan ukuran tertentu sebanyak 16 buah
balok
·
Berilah
tanda pada salah satu patok sesuai dengan ukuran tinggi yang ditentukan.
·
Letakan
selang air dipatok pertama yang sudah diberi tanda lalu pada salah satu unjung
selang diletakan pada patok kedua
·
Cari
kerataan sesuai batas air diselang
·
Beri tanda
dengan pensil
·
Kemudian
lakukan lagi patok-patok selanjutnya hingga selesai
·
Pasangkanbalokkayu 5/7sifatdatar dipatok yang sudah diberi tanda,kemudian
paku lalu lakukan pada patok-patok selanjutnya hingga selesai
·
Ukur di
balok sifat datar, lebar sesuai ditentukan diberi tanda dengan pensil lalu
tancapkan paku kemudian di bagi dua untuk mendapatkan AS lalu tancapkan paku
lalu lakukan hal yang sama pada patok-patok selanjutnya hingga selesai
·
Tarik benang
dari patok satu ke patok yang lain hingga selesai kemudian siku benang hingga
selesai
3.2 PEMBUATAN
ACUAN DAN PERANCAH DINDING
A.
Tujuan
Tujuan pemasangan bekisting dinding
adalah untuk mengetahui cara pemasangan dan bahan triplek ukuran berapa yang
digunakan dalam pemasangan bekisting dinding ini.
B.
Dasar Teori
Pemasangan bekisting dinding ini /
mal haruslah memenuhi beberapa syarat dibawah ini, antara lain :
1. Pemasangan bekistingnya tidak bocor/
berlubang
2. Untuk beton yang permukaan arkistis,
bekistingnya haruslah mempunyai struktur seperti yang dinginkan yaitu seperti
permukaannya harus licin
3. Kekuatan bekisting haruslah diperhatikan
kekokohannya
4. Ukuran / dimensi bekistingnya haruslah
sesuai dengan ukuran yang direncanakan sebelumnya
5. Kebersihan bekisting haruslah diperiksa
sebelum penuangan campuran beton kedalamnya.
C.
Peralatan
Peralatan yang digunakan :
1.
Siku
2.
Meteran
5 meter
3.
Benang
4.
Pensil
5.
Gergaji
6.
Klam
7.
Palu
besi
8.
Unting
– unting
9.
Palu
kayu
D.
Bahan
Bahan yang digunakan :
1.
Multiplek
2.
Balok
kayu ukuran 10 x 10 cm
3.
Pipa
PVC 3 / 8”
4.
Lat
kayu
5.
Paku
E.
Keselamatan Kerja
1.
Pakailah pakaian
lengkap bengkel
2.
Pakailah sarung tangan
bangunan agar tangan tidak terluka.
3.
Pakailah helm bangunan untuk
melindungi kepala.
4.
Gunakan sepatu Sefty untuk melindungi kaki agar
tidak terkena batu.
5.
Jagalah alat-alat dan
perlengkapan lainnya teratur dengan rapi.
6.
Hati-hatilah dalam bekerja
dan konsentrasikan perhatian pada pekerjaan.
7.
Pergunakan alat sesuai
dengan fungsinya dan hindari bekerja sambil bergurau.
F.
Langkah Kerja
1. Siapkan peralatan dan bahan yang
digunakan.
2. Garislah perletakan multiplek pada
lantai dengan berbentuk leter L dan cek kesikuan garis tersebut dengan menggunakan
siku.
3. Kemudian pakukan lat kayu pada pinggiran
multiplek dan diberikan spasi antara lat kayu satu dengan lat kayu lainnya.
4. Letakkan multiplek diatas garis yang
sudah digaris tadi dan letakkan balok kayu yang berhimpitan dengan multiplek
untuk penyangganya.
5. Sebelum pemasangan klam, perhatikan
balok kayu harus benar - benar tegak, dan cek kesikuan multiplek pada bagian
sudut dinding.
6. Pasangkan klam disamping kiri dan kanan balok kayu
sampai erat, sehingga mal tersebut tidak goyang.
7. Lakukan langkah 3, 4, 5 dan 6 pada
pemasangan selanjutnya.
8. Pasang unting - unting pada bagian atas
multiplek untuk mengetahui kelurusan multiplek / mal.
3.3 PEMBUATAN
ACUAN DAN PERANCAH KOLOM
A.
Tujuan
Dapat mengetahui cara pembuatan acuan dan perancah kolom dengan baik dan benar pada suatu perencanaan.
B.
Dasar Teori
Kolom adalah tiang
yang menahan suatu konstruksi bangunan.Kolom merupakan bagian terpenting dalam
suatu konstruksi,sehingga kita harus teliti dalam merencanakan suatu kolom yang
baik,tegak lurus dan kuat serta memiliki mutu yang baik.
Rapid Clamp adalah
: Suatu alat yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menjepit atau membuat
kaku suatu cetakan dengan menjepit baja tulangan sebagai penjepitnya.
Kolom yang dibuat dengan pengakuan Rapid Clamp sangat kuat ,
akan tetapi Cetakan Kolom yang menggunakan Rapid Clamp relatif susah dalam
pemasangannya dan berbahaya, karenanya kita harus dapat memahami cara atau
teknik pemasangan Kolom dengan Rapid Clamp.
C.
Alat
·
Palu
·
Meter
·
Pensil
·
Gergaji
·
Siku-siku
·
Unting-unting
D.
Bahan
·
Kayu 5/7
·
Paku 5
·
Paku 7
·
papan
E.
Keselamatan Kerja
1. Pakailah pakaian lengkap bengkel
2. Pakailah
sarung tangan bangunan agar tangan tidak terluka.
3. Pakailah
helm bangunan untuk melindungi kepala.
4. Gunakan
sepatu Sefty untuk melindungi kaki agar tidak terkena batu.
5. Jagalah
alat-alat dan perlengkapan lainnya teratur dengan rapi.
6. Hati-hatilah
dalam bekerja dan konsentrasikan perhatian pada pekerjaan.
7. Pergunakan
alat sesuai dengan fungsinya dan hindari bekerja sambil bergurau.
F.
LangkahKerja
·
Siapkan alat dan bahan.
·
Potong papan
4 lembar sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan
·
Potong balok
5/7sesuai dengan yang dibutuhkan
·
Paku papan
degan balok yang sudah dibagi jaraknya hingga selesai
·
Paku papan A
dengan papan B kemudian siku lakukan hal yang sama hingga selesai dan berbentuk
kotak sesuai dengan ukuran yang ditentukan
·
Setel
bekiting kolom munggunakan unting-unting hingga sampai tegak lurus kemudian
diberi skor balok 5/7 di kedua sisi bekiting kolom lakukan hal yang sama pada
bekisting kolom selanjutnya hingga selesai
3.4 PEMBUATAN ACUAN DAN PERANCAH BALOK
A.
Tujuan
Dapat mengetahui urutan pembuatan acuan dan perancah balok dengan baik dan benar
pada suatu perencanaan.
B.
Alat
·
Palu
·
Martil
·
Meter
·
Selang
·
Pensil
·
Gergaji
·
Siku-siku
C. Bahan
·
Kayu 5/7
·
Paku 5
·
Paku 7
·
Papan
D. LangkahKerja
·
Siapkan alat dan bahan
·
Potong papan
4 lembar sesuai dengan ukuran yang ditentukan
·
Potong balok
5/7sesuai dengan yang dibutuhkan
·
Paku papan
degan balok yang sudah dibagi jaraknya hingga selesai
·
Paku papan A
dengan papan B kemudian siku lakukan hal yang sama hingga selesai dan berbentuk
U sesuai dengan ukuran yang ditentukan
·
Paku di
keempat bekisting kolom lalu tarik benang
·
Setelbekisting
balok lalu dipaku lalu lakukan hal yang sama pada bekisting balok selanjutnya
hingga selesai
·
Potong kayu
5/7 untuk skor sesuai dengan ketinggian bakesting balok lalu potong lagi kayu
5/7 untuk lebar bakesting balok
·
Paku kayu
5/7 hingga berbentuk T sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan lalu skor dibawah
bakesting balok sesuai sesuai jarak
antara skor yang ditentukan dan sesuai keratan benang lakukan hingga selesai
3.5 PEMBUATAN
ACUAN DAN PERANCAH LANTAI
A.
Tujuan
Dapat mengetahui urutan
pembuatan acuan dan perancah lantai dengan baik dan benar
pada suatu perencanaan.
B.
Alat
·
Palu
·
Meter
·
Pensil
·
Gergaji
·
Siku-siku
C.
Bahan
·
Kayu 5/7
·
Paku 5
·
Paku 7
·
Papan
D.
LangkahKerja
·
Siapkanalatdanbahan
·
Potong kayu
5/7 untuk gelagar sesuai dengan ukuran
·
Paku kayu
gelagar antara bekisting balok dengan jarak yang sudah ditentukan
·
Potong kayu
5/7 untuk skor lalu paku hingga berbentuk T
sesuai dengan jumlah yang di butuhkan
·
Kayu skor
dipaku di gelar dengan jarak yang sudah ditentukan hingga selesai
·
Potong papan
sesuai dengan ukuran dan jumlah yang di butuhkan lalu dipaku papan di atas
gelar hingga selesai
3.6 PEMBUATAN ACUAN DAN PERANCAH TANGGA
E.
Tujuan
Dapat mengetahui urutan
pembuatan acuan dan perancah tangga dengan baik dan benar
pada suatu perencanaan.
F.
Dasar Teori
Pada
dasar teori tangga hampir sama dengan
dasar teori pelat lantai, karena harus sama – sama
memperhitungkan kekuatan dan daya lentur momennya serta tegangan tumpuan dari
tangga bagian bawah ( dasar tangga / ujung bawah tangga ). Ketebalann tangga
juga ditetapkan dan distandarkan adalah berkisar antara 10 cm – 15 cm tetapi
kebiasaan yang diterapkan adalah 12 cm. Ditetapkan sedemikian rupa untuk
mengingat gaya dan momen yang diterima oleh tumpuan tangga. Seandainya lantai
tangga agak terlalu tebal tentu saja tumpuan tangga dari berat sendiri belum
lagi ditambah beban tambahan ( beban hidup dan benda lain yang berada diatasnya
).
Dalam
pembuatan perencanaan tangga harus diperhatikan untuk mengetahui dan mengerti
akan bentuk tangga yang ada kesetimbangan dan keserasian untuk menjaga
kestabilan dan keindahan untuk bentuk tangga tersebut.
Adapun bagian –
bagian dari tangga adalah sebagai berikut :
1. Pondasi Tangga
Pondasi
tangga adalah sebagai dasar tumpuan agar tangga tidak mengalami penurunan dan
pergeseran kearah mendatar.
2. Anak tangga ( Trede )
Anak
tangga adalah konstruksi yang berfungsi untuk berpijak atau melangkah pada arah
orizontal atau vertikal.
3. Ibu Tangga ( Boom )
Ibu
tangga merupakan bagian yang berfungsi untuk mendukung anak tangga.
4.
Bordes
Bordes adalah suatu antrede yang mempunyai lebar
minimum sama dengan lebar tangga ( Antrede yang terpanjang ). Fungsinya adalah
:
a. Sebagai tempat istirahat / berhenti sementara
b.
Sebagai
daerah belokan / putar
5. Pegangan Tangga
a. Ditinjau
dari segi bahan yang digunakan
·
Tangga
kayu
·
Tangga
besi / baja
·
Tangga
beton
b. Ditinjau
dari segi bentuknya
·
Tangga
yang berbentuk lurus
·
Tangga
dengan belokan 90o
·
Tangga
dengan belokan 180o
·
Tangga
dengan belokan 270o
·
Tangga
dengan belokan 360o
·
Tangga
lengkung
Adapun hal – hal
yang harus diperhatikan dalam pembuatan tangga :
1.
Penempatan
tangga diletakkan sedemikian rupa sehingga mudah ditemukan
2.
Ruangan
untu tangga dibatasi sekecil kecilnya atau sesuai syarat yang ditentukan
3.
Tempat
tangga harus mendapatkan sinar matahari yang cukup pada siang hari.
4.
Bentuk
dibuat sederhana dan konstruksi yang mudah.
Perencanaan tangga
dibutuhkan data – data antara lain :
o
Jenis
material tangga ( kayu, baja dan beton )
o
Bentuk
tangga
o
Ukuran
Antredre dan optrede
o
Rumus
umum untuk mengetahui dari optrede dan antrede 2 Optrede + Antrede = berkisar antara ( 60 cm – 70 cm
) Optrede x Antrede =
berkisar antara ( 400 cm – 450 cm ) Jika Optrede = n maka An = n – 1
Dalam praktek ini
ukuran tangga adalah sebagai berikut :
a. Tinggi lantai adalah 283 cm
b. Jika iambil lebar Antrede 20 cm dan tangga dibuat
dengan belokan 90o dengan
tinggi bordes 140 dari lantai dasar
c. Maka Optrede 140 cm / 20 cm = 7 anak tangga s.d.
bordes
d. 2*Op + An = berkisar antara ( 60 cm – 70 cm ) 2*20 cm + An = 68
cm
40
m + An = 68 cm Antrede = 68 cm – 40 cm Antrede = 28 cm
e. Lebar tangga = 6 x 28 cm
Lebar
tangga = 168 cm
f. Lebar bordes = 100 cm
G.
Alat
·
Palu
·
Meter
·
Pensil
·
Gergaji
·
Siku-siku
H.
Bahan
·
Kayu 5/7
·
Paku 5
·
Paku 7
·
Papan
I.
LangkahKerja
1.
Siapkan alat dan bahan
2.
Potong kayu
5/7 dan papan sesuai dengan ukuran
kemudian paku papan dengan kayu 5/7 untuk buat alas plat tangga lalu dipaku di
bakisting balok sesuai dengan kemiringan yang ditentukan dan diberi skor
3.
Paku papan
di sisi kiri dan kanan lalu potong papan lagi untuk lebar anak tangga sesuai
juamlah anak tangga lalu dipaku lalu dipaku higga selesai
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
·
Dalam teknik
sipil pembuatan acuan dan perancah sangatlah penting, oleh sebab itu patutlah
kita mengetahui cara pemasangan acuan dan perancah yang benar agar kita dapat
menguasai teknik pembuatan (pemasangan acuan dan perancah), guna kepentingan
proses pengawasan kerja di lapangan.
4.2 Saran
Adapun saran
penulis adalah sebagai berikut:
· Gunakanlah perlengkapan keselamatan kerja agar tidak terjadi cedera ataupun
kecelakaan pada saat pembuatan acuan dan perancah.
DAFTAR PUSTAKA
Lembar job praktek acuan dan perancah

No comments:
Post a Comment